Shibou Endo o Kaihi Shita – Chapter 21
Chapter 21 – Aku menunggu di tempat itu––––
Terkunci 🔒
Menghitung mundur...
Chapter ini akan terbuka otomatis pada .
Atau kamu bisa membaca chapter ini di sini.
Trakteer
Chapter 21 – Aku menunggu di tempat itu––––
Author Note:
Aku baru menyadarinya saat menulis.
Belum pernah sekalipun menulis romcom…
✽✽✽✽✽
Di pertengahan musim semi saat dinginnya musim dingin mulai terlupakan, bunga plum mekar dengan cantik mendahului tanaman lainnya, mengumumkan kedatangan musim semi pertama kali dengan wanginya yang harum.
Sudah hampir setahun berlalu sejak hari itu–––
Tubuhku pulih dengan baik, dan tangan kananku yang paling parah pun bisa digerakkan untuk memegang benda setelah melewati rehabilitasi yang menyakitkan.
Tangan yang dikatakan mungkin tidak akan bisa bergerak seumur hidup bisa pulih sejauh ini semata-mata karena–––
“Hm? Ada apa?”
“… Nggak, bukan apa-apa kok”
Satsuki yang berjalan di sebelahku mengintip wajahku dengan heran.
Hanya dalam waktu singkat setahun, penampilan Satsuki telah meninggalkan kesan siswi SMA dan mengambil aura keanggunan seorang mahasiswi.
Ekspresi dan gerak-geriknya mencerminkan kepercayaan diri dan kecemerlangan seseorang yang telah melangkah menuju kedewasaan.
… Atau setidaknya begitulah yang kupikirkan untuk sesaat.
Sifat polosnya masih tetap ada.
“Bersalah~ Wajahmu seperti sedang menyembunyikan sesuatu?”
“Aku hanya berpikir sudah lama sekali sejak kalian membuat dokter kesulitan dengan enggak membiarkanku lepas dari kursi roda”
“Memangnya apa yang salah dengan itu?”
“Kamu bercanda kan…?”
Satsuki memiringkan kepalanya dengan bingung.
Bahkan sekarang pun aku masih ingat, saat lukaku sudah sembuh dan aku bisa “lulus” dari kursi roda itu sangat merepotkan.
Aku ingin segera bisa berjalan bebas, tapi mereka berempat entah ingin merawatku atau apa, dengan keras menentangnya.
Shino bahkan sampai berkata,
“Dokter yang salah dalam penilaian gak dibutuhkan. Sebutkan namamu”
dan benar-benar membuat dokter kesulitan.
Sama sekali bukan kenangan yang menyenangkan…
–––Hari itu saat Satsuki dan yang lain membaca “buku harianku”.
Kalau dipikir-pikir, aku sering membaca cerita tentang reinkarnasi ke dalam game termasuk kehidupan sebelumnya, tapi aku belum pernah mendengar karakter di dalamnya mengetahui bahwa dunia ini adalah buatan.
Seharusnya bahkan ingatan membaca “buku harian” akan terhapus oleh “Kekuatan Koreks Dunia”, tapi sekarang setelah terbebas dari [LoD], “Kekuatan Koreksi Dunia” tidak lagi bekerja.
Karena itulah aku bisa menyadarinya, penjelasan itu masuk akal.
Tapi aku sedikit tertawa saat dibilang aku adalah pendosa dari dunia atas…
Dan juga alasan rasa bersalah yang berlebihan serta ucapan terima kasih yang berlebihan padaku.
Memang kalau berada di posisi mereka, mungkin aku juga akan jatuh ke dalam kegelapan.
Yah, jujur saja, hal-hal seperti itu tidak terlalu penting.
Yang penting adalah–––
“Ahhh…”
Aku mendongak ke langit dan menutupi wajahku.
Tidak, aku tidak bermaksud menunjukkannya pada siapapun.
Lagipula bagian akhirnya ditulis saat pikiranku kacau, tulisannya berantakan dan kotor sampai tidak bisa dibaca.
Dan kalimat terakhir itu–––
“Tekad untuk nggak menyayangkan nyawa akan membawa kemenangan–––”
Satsuki bergumam sambil menatapku dengan bangga.
Wajahku memerah dari leher ke atas.
“Hentikan…”
“Eh~ kenapa~!? Aku sangat senang! Jarang ada orang yang bisa mengatakan hal seperti itu, dan aku bisa benar-benar merasakan bahwa aku dicintai!”
“Kumohon jangan mengatakannya di depan umum! Kumohon!”
Saat ini kami sedang berada di pusat perbelanjaan.
Yang disebut kencan.
Biasanya kami berlima, tapi karena tiga lainnya ada urusan, hari ini hanya kami berdua.
Satsuki lalu melingkarkan lengannya ke lengan kananku dengan lembut, dan menatapku dengan ekspresi merajuk.
“… Karena hari ini kita hanya berdua, lihat aku saja”
“Ah, maaf…”
Pacarku terlalu imut…
Dia mengetahui aku sedang memikirkan tiga orang lainnya.
Saat berjalan di mall, pandangan orang-orang terfokus pada kami.
Terutama pandangan iri yang ditujukan padaku.
“Yah, ini masih jauh lebih baik…”
Aku tersenyum kecut.
Jika mengukur tingkat kecemburuan, kekuatan pandangan yang terfokus padaku hanya 1/4.
Biasanya di sini ada Reine, Shuna, dan Shino juga.
Bukan hanya Satsuki, tapi ketiga heroine lainnya, “Empat Gadis Tercantik” semuanya adalah pacarku.
Aku sudah terbiasa dengan pandangan yang menuduhku playboy, dan di universitas aku terkenal sebagai karakter sampingan yang diikuti empat gadis cantik.
Seharusnya posisi ini ditempati oleh Sano Yuto, tapi hidup memang tidak bisa ditebak.
Oh ya, sejak saat itu Sano sama sekali tidak berurusan dengan kami lagi.
Entah karena efek dari kemarahan serius mereka berempat hari itu, di universitas dia bersikap tenang dan tidak mencoba mendekati “Empat Gadis Tercantik”.
Mungkin dia benar-benar menyesal.
Kalau begitu, aku berharap Sano bisa memulai dari awal lagi.
Meski dikritik karena terlalu baik padahal hampir dibuat mati, tapi karena di kehidupan sebelumnya aku juga bajingan, aku tidak bisa benar-benar membencinya.
Dan yang paling penting, kesempatan “Empat Gadis Tercantik” jatuh ke dalam kegelapan hampir tidak ada lagi.
Terkadang masih ada perasaan berat yang ditujukan padaku, tapi dibandingkan awal sudah bukan apa-apa.
Kedamaian hatiku akhirnya terjaga sekarang.
“Itu gak benar, Satoshi-kun. Alasan kami nggak jatuh ke dalam kegelapan lagi adalah karena kami bisa merasakan dicintai oleh Satoshi-kun”
“… Tolong berhenti membaca pikiranku dengan natural”
“Fufu, karena kita menghabiskan malam-malam panas setiap hari~ Kalau sudah tau dicintai sebanyak itu, tentu saja kekhawatiran kami berkurang”
“Sudah kubilang jangan mengatakan hal seperti itu di jalan!?”
Satsuki menahan pipinya dan membuat pernyataan bombastis yang menggoda, tapi sepertinya dia sedang terbawa suasana dan tidak berniat berhenti.
Pandangan hangat dan pandangan iri dari sekitar bersilangan membuatku merasa akan terkena flu.
… Yah, begitulah.
Pada dasarnya malam hari dengan mereka berempat, ya… tapi belakangan ini, perlahan-lahan stamina mulai…
Aku mencoba memikirkan cara untuk mengatasinya dengan berbagai metode, tapi yah, hasilnya bisa kalian bayangkan sendiri.
“Yah, itu memang benar”
“Jadi bukan bercanda…”
“Yang paling penting adalah Satoshi-kun telah membantu menyelesaikan masalah gelap yang kami hadapi. Berkat itu hati kami jadi cerah! Makasih ya?”
“Yah… itu hal yang wajar”
Satsuki berhenti menjadi model gravure.
Meski agensinya sangat keberatan karena dia populer, aku menekan mereka dengan mengatakan “Bukankah kalian yang mendorong Satsuki untuk melakukan casting couch, tapi begitu dia terkenal kalian berbalik arah? Apa-apaan itu?”.
Masalah dengan ibu Reine, urusan perusahaan Shuna, konflik keluarga Shino…
Pada dasarnya, aku menyelesaikan masalah-masalah yang seharusnya diselesaikan Sano di [LoD].
Yah, tapi ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan.
Wajar kan kalau membantu gadis yang disukai saat dia kesulitan?
“Hm?”
Tiba-tiba lenganku ditarik.
“Daripada itu, ayo nikmati kencan kita! Kita gak punya banyak waktu sampai malam!”
“Ah, iya”
“Pertama-tama ayo window shopping! Kita akan mengunjungi semua toko!”
“Bohong kan!?”
Di sini ada sekitar tiga puluh toko…
✽✽✽✽✽
“Bagaimana dengan yang ini~?”
“Sangat bernuansa musim semi. Suasana cerah dan lembutnya sangat cocok untuk Satsuki”
“Eh~ begitukah? Kalau yang ini?”
“Secara keseluruhan terasa sangat lembut. Terutama rok panjang yang bergoyang tertiup angin itu sangat mencerminkan musim semi”
Saat Satsuki keluar dari ruang ganti, dia dengan natural bergaya yang memesona.
Seperti yang diharapkan dari mantan model gravure, bakatnya dalam menarik perhatian orang luar biasa.
Tapi aku jadi khawatir orang-orang akan mengenalinya.
Ngomong-ngomong, masih berapa baju lagi?
Sudah sekitar dua jam berlalu…
“Karena Satoshi-kun pandai memuji, aku sampai lupa waktu~ Sangat menyenangkan!”
“Yah, karena sudah terlatih”
Karena mereka berempat perempuan, mereka tertarik pada fashion seperti orang pada umumnya, jadi window shopping seperti hari ini sering terjadi.
Tapi saat awal pacaran, kemampuan memujiku sangat payah.
Satsuki, Shuna, dan Shino masih senang meski begitu, tapi Reine berbeda.
“Nee? Gak cocok ya?” “Komentarmu sama seperti tadi…” “Fufu, gak perlu memaksakan diri…” “Lagipula, aku ini…”
Dia menjadi murung.
Setiap kali itu terjadi, aku harus memeluk dan menghibur Reine yang hampir menangis.
Di depan umum.
Dengan kata lain, kemampuan memujiku adalah sesuatu yang kupelajari sebagai insting bertahan hidup.
Itu sangat berat…
Serius…
Karena Reine tidak pernah bermanja pada orang lain sejak kecil, sebagai reaksinya dia sangat manja pada kami.
Dan jika diabaikan, dia terlihat sangat sedih sehingga kami semua memanjakannya.
Bagaimana ya, dia seperti adik bungsu.
Meski dia sendiri tidak mengakuinya…
Semua berpikir “Apa-apaan anak yang gak bisa tidur tanpa ditemani ini…”.
“Kalau begitu selanjutnya ke sana yuk”
“Ah, ayo…”
Aku membeku melihat toko yang ditunjuk Satsuki.
Itu adalah toko pakaian dalam.
“Tolong jangan ke sana…”
“Eh~ Gara-gara seseorang ukuranku jadi–” “Ah! Aku mengerti! Jangan diteruskan!” “… kalau mengerti ya sudah”
Aku setengah diseret oleh Satsuki yang tersenyum gelap…
✽✽✽✽✽
Setelah selesai dengan perjalanan neraka ke toko pakaian dalam, kami memutuskan untuk pindah ke game center.
“Ahahahaha! Satoshi-kun payah sekali!”
“Hei, main Taiko tanpa tangan kanan itu sulit lho!?”
Kami memutuskan untuk bertanding Taiko, tapi selain pemula, tangan kananku tidak bisa digerakkan dengan baik.
Padahal tangan kananku adalah tangan dominan.
Jadi aku memukul drum dengan tangan sebaliknya, tapi tentu saja hampir tidak ada yang kena.
“Kamu benar-benar gak punya rasa musik~”
“Hei, kalau ada tangan kananku, aku bisa lebih baik… lagipula, Satsuki juga gak jauh beda dariku…”
“Menang tetap menang meski selisihnya tipis!”
Dia mengangkat hidungnya dan membusungkan dadanya yang besar.
“Sial…”
Meski selisihnya tipis, kalah tetap kalah.
Sangat menyebalkan.
Kalau begitu, aku ingin bertanding sesuatu yang bisa kumenangi.
Jadi,
“Bagaimana kalau game medal?”
“Ditolak”
“Kenapa…”
“Game medal mengingatkanku pada kenangan buruk dengan Shuna…”
“Ah… begitu ya”
Sepertinya Shuna menemukan hobi baru setelah masuk universitas, tapi itu jadi masalah.
Yaitu judi, slot, pacuan kuda, balap perahu, apapun dia lakukan…
Selama masih bermain dalam batas wajar, aku tidak akan melarangnya.
Hanya saja, karena keberuntungannya yang sangat buruk dalam hal uang, dia sering pulang tanpa sepeser pun.
“Aku berinvestasi pada hal yang kurasa berpotensi~ Lihat saja nanti~ Dalam beberapa hari akan kembali berlipat ganda~”
Setelah mendengar kata-kata itu, kami yang mengelola uang Shuna.
Tentu saja dia memprotes sekuat tenaga, tapi karena kami tidak bisa membiarkannya terjun ke dunia bawah, kami harus bersikap tegas.
Lagipula, kau yang paling tau betapa menakutkannya perjudian…
TL Note: Benar sajalah… emang sih dari cinta bisa menjadi benci tapi juga bisa sebaliknya kan?
Shuna memang yang paling dewasa dan tenang, tapi dalam artian tertentu dia juga yang paling bermasalah.
Meski terlihat santai, tindakannya bisa sangat menakutkan.
“Kalau begitu ayo main UFO Catcher!”
“Oh, boleh juga. Mau yang mana?”
“Aku ingin boneka untuk di rumah. Bagaimana kalau yang itu?”
Satsuki menunjuk ke arah boneka Teddy Bear.
“Itu besar sekali… Apa bisa dapat?”
Boneka Teddy itu sepertinya berukuran 80 sentimeter, tapi Satsuki tampaknya sudah bertekad.
“Bukan masalah bisa dapat atau nggak. Kita harus mendapatkannya…!”
“Kok seperti kata-kata bijak ya…”
“Ayo! Kita main kerja sama! Aku akan menekan tombol yang ini, Satoshi-kun tekan yang sebelah sana ya!”
Sepertinya maksudnya Satsuki akan menekan tombol kanan, jadi aku harus menekan tombol kiri.
“OK… eh, sudah meleset!?”
“Lho!?”
Kesimpulannya: Sepertinya kami tidak berbakat dalam permainan ini.
Meski sudah dibantu oleh pegawai toko, tetap saja tidak bisa dapat.
Yah, kalau berjalan membawa boneka sebesar itu pasti akan menarik perhatian.
Aku tidak kecewa kok?
✽✽✽✽✽
“Ini dia~ Deluxe☆Strawberry Parfait! Aku ingin makan ini~”
Satsuki memotret dengan mata berbinar-binar.
Untuk mengubah suasana yang muram setelah dari game center, kami pergi ke kafe yang dituju Satsuki.
Saat masuk masih terbawa kegagalan tadi, tapi begitu pesanan datang ke meja, mood-nya langsung membaik.
Aku lega melihatnya.
“Satoshi-kun, foto aku!”
“Oke”
“Peace!”
Aku mengambil foto Satsuki yang tersenyum seperti bunga sakura di depan parfait porsi besar.
Dia terlihat sangat bahagia, sampai-sampai aku yang melihatnya pun ikut merasa tenang.
Tapi–––
“Apa gak terlalu banyak? Bisa habis sendiri?”
“Kamu polos sekali, Satoshi-kun”
Dia menggerakkan jari dan bibirnya membuat suara ‘tsk tsk tsk’.
“Parfait ini, begitu dimakan oleh perempuan, kalorinya langsung berkurang setengah lho”
“Apa-apaan itu…”
Bahkan untuk teori kalori yang beredar, ini terlalu ngawur…
“La-gi-pu-la”
Satsuki mengambil sedikit parfait dengan sendok dan mengarahkannya padaku.
Krim kocok yang lembut disiram saus stroberi berlimpah, dan di bawahnya mengintip es krim merah muda yang cerah.
“Kalau dikalikan dengan koefisien ‘aaah’, kebahagiaan dan rasanya jadi dua kali lipat. Jadi, aaah”
Satsuki mengarahkan sendok padaku sambil tersenyum.
Aku membuka mulut sambil memperhatikan pandangan orang sekitar.
Saat mengangkat wajah, Satsuki menatapku sambil tersenyum.
“*Q.E.D kan?”
“… Memang benar”
“Pembuktian selesai” atau “Bukti selesai”.
Maksudnya:
Ungkapan ini sering digunakan dalam konteks logika atau matematika untuk menunjukkan bahwa suatu argumen, teorema, atau pernyataan telah dibuktikan dengan lengkap dan tidak ada langkah yang terlewatkan. Dalam bahasa Inggris, ini sering diterjemahkan sebagai “Q.E.D” (quod erat demonstrandum), yang artinya “yang hendak dibuktikan telah terbukti”.
Jika digunakan di luar konteks matematika, ungkapan ini bisa berarti seseorang telah berhasil membuktikan sesuatu dengan jelas atau tuntas, baik itu dalam debat, argumen, atau situasi lainnya.
Rasanya tidak berubah, tapi perasaan bahagia dan malu menyerangku.
Aku harus minta maaf karena mengatakan itu ngawur.
“Nah, sekarang giliranku ya! Ayo!”
“Kamu pemain baseball ya?”
Kami saling menyuapi Deluxe☆Strawberry Parfait.
Sepertinya koefisien ‘aaah’ bisa dikalikan tanpa batas.
Rasanya semakin enak.
Interaksi seperti ini mengingatkanku pada tren di rumah kami.
Belakangan ini sedang populer mengatakan teori-teori okult di rumah, dan Shino sangat suka permainan kata seperti ini.
Sejak masuk kuliah, kami membeli alkohol dan minum-minum setiap hari di rumah.
Di bawah umur?
Tidak apa-apa karena sudah mahasiswa kan?
Yang paling suka minum ternyata Shino, tapi dia juga yang paling tidak kuat minum.
“Baiklah, Satoshi-san. Huruf [人] (hito, manusia) itu katanya melambangkan manusia yang saling mendukung, ya. Tapi, kalau di antara dua orang itu ada [I] (愛, ai, cinta), maka akan berubah menjadi [H] (dalam arti hubungan intim) di atas ranjang, lho. Jadi, ayo tidur bersama, ya”
Maksudnya: Ucapan ini adalah permainan kata dengan simbol kanji dan bahasa Jepang yang diisi dengan nuansa humor dewasa.
- Kanji [人] (hito, manusia): Kanji ini sering dijelaskan sebagai dua garis yang bersandar satu sama lain, melambangkan orang yang saling mendukung.
- Kanji [愛] (ai, cinta): Jika ada cinta (愛) di antara dua orang, artinya hubungan itu menjadi lebih intim.
- [H]: Dalam konteks Jepang, [H] (dibaca “ecchi”) adalah istilah slang untuk sesuatu yang bersifat seksual.
Kalimat ini menggunakan permainan kata untuk menciptakan godaan bernuansa romantis (atau genit) dengan nada bercanda, di mana pembicara mengusulkan untuk tidur bersama secara sugestif.
Dia mengatakan teori seperti bapak-bapak sambil mengunyah dendeng dan minum highball, menepuk-nepuk punggungku dengan manja.
Meski seharusnya tidak ada keanggunan wanita Jepang dalam sosoknya, entah kenapa dia terasa seksi… curang sekali…
Oh ya, kami pernah memutuskan untuk berhenti minum, tapi Shino merajuk sampai tidur memeluk botol kosong shochu, jadi kami yang akhirnya mengalah.
“Mmm! Enak! Mbak~ Tambah!”
“Hei”
Meski aku memperingatkan, Satsuki sama sekali tidak mendengarkan.
Yah, bagaimana ya, aku menyerah karena kalau Satsuki bahagia mungkin tidak apa-apa.
✽✽✽✽✽
“Wah, tangkapan besar, tangkapan besar!”
Kedua tangan Satsuki penuh dengan kantong belanja.
Aku ingin menawarkan diri untuk membawanya, tapi dengan tangan kananku yang tidak sempurna, aku tidak berguna.
Dalam perjalanan pulang, aku sudah sangat lelah.
Tidak, kencannya sendiri sangat menyenangkan.
Hanya saja–––
“Maaf ya~ Aku terlalu asyik sampai kehilangan tasku”
“Ya-yah, lain kali hati-hati saja”
Dia menjulurkan lidahnya tanpa menunjukkan tanda-tanda menyesal sama sekali.
Tidak, kumohon mulailah lebih berhati-hati!?
Padahal ada banyak barang penting seperti dompet dan ponsel di dalamnya, kenapa dia bisa setenang itu?
Di antara “Empat Gadis Tercantik”, Satsuki termasuk yang paling masuk akal dalam hal kepribadian dan lainnya, tapi dia punya kelemahan fatal.
Yaitu, dia sering kehilangan barang.
Kehilangan kartu pass sudah biasa.
Dia bahkan sudah akrab mengobrol dengan petugas stasiun dan bagian barang hilang universitas.
Kalau ke kantor polisi, dia sudah terlalu sering datang sampai dipermainkan oleh Pak Polisi dengan pertanyaan “Datang untuk ditangkap?”.
“Aku ini tahanan yang terkurung dalam penjara cinta Satoshi-kun~”
“Jangan baca pikiranku…”
Aku menghela napas sambil menanggapi lelucon Satsuki yang merespon lamunanku.
“Lagipula soal tas gak masalah––– Besok pasti sudah ada di kantor polisi”
“? … Ya, begitulah”
Tidak ada gunanya panik sekarang.
Lagipula, sampai sekarang belum pernah ada barang Satsuki yang hilang tidak ditemukan secara ajaib, jadi kata-katanya bisa dipercaya.
Tapi, yang kupelajari setelah menghabiskan waktu dengan para heroine [LoD] adalah bahwa mereka punya terlalu banyak kelemahan fatal.
Namun, itu tidak membuatku membenci atau kecewa pada mereka.
Sebaliknya, itu menambah sisi kemanusiaan mereka dan malah membuatku merasa lebih dekat.
Sisi manusiawi mereka yang tidak bisa dilihat hanya dari layar profil terasa sangat menarik bagiku.
“Ah, sudah kelihatan!”
Apartemen murah mulai terlihat.
Kamarku yang paling ujung lampunya menyala.
Meski ada lima kamar, makan malam dan tidur di kamarku sudah menjadi rutinitas.
Setelah setahun, kami sudah terbiasa.
“Ah, akhirnya pulang~”
“Permisi”
“Lama sekali ya”
“Yah, maaf ya~”
Saat masuk ke kamar, ada sushi, pizza, dan berbagai minuman keras yang sepertinya mahal.
Makanan yang terlalu mewah untuk rumahku.
“Hari ini peringatan apa?”
“Sudah kuduga kamu lupa…”
Ulang tahun sudah dirayakan, apa ada sesuatu…
“Hari ini tepat setahun sejak Satoshi-kun menyelamatkan kami lho?”
“Ah, itu hari ini?”
Meski melihat kalender pun aku tidak bisa ingat.
Karena itu hari di mana aku hampir mati, aku hanya ingat sekitar waktu ini, tapi tidak ingat tanggal pastinya.
Rasanya sudah seperti masa lalu yang jauh ketika aku berjuang untuk mengubah masa depan yang tidak bisa diubah.
“Terima kasih ya sudah menyelamatkan kami hari itu?”
Satsuki dan yang lainnya tersenyum padaku.
Aku menolong para heroine demi balas dendam.
Itu hanya sarana bagiku.
Pada diriku yang seperti itu–––
“Mugyuu!?”
Reine mencubit pipiku dengan kedua tangannya seperti sedang merajuk.
“Oke, oke. Waktunya *self-deprecating sudah selesai. Kebiasaan buruk Satoshi nih”
“Iya, maaf”
Self-deprecating adalah istilah dalam bahasa Inggris yang berarti merendahkan atau meremehkan diri sendiri secara sengaja, sering kali untuk tujuan humor atau untuk menunjukkan kerendahan hati. Tapi ya karena masalalu Satoshi, jadi bukan untuk humor, melainkan emang dia merasa rendah diri.
Saat Reine melepaskan tangannya dari pipiku, rasa nyeri yang menyenangkan menjalar.
“Gak peduli apa yang kamu pikirkan, faktanya kamu sudah menolong kami~?”
“Benar. Tahun ini adalah tahun yang paling bahagia dalam hidupku…”
Shino mengangguk penuh makna.
Saat mendengar kata-katanya, dadaku terasa hangat.
Karena aku dan mereka berempat hanya bersama secara langsung selama setahun ini.
Aku selalu khawatir mereka akan kecewa saat mengetahui diriku yang sebenarnya.
Tapi, aku sangat senang dia mengatakan hal itu.
Karena itu aku juga akan membalas cinta mereka.
“Sampai nyawa ini berakhir, aku akan terus berlari untuk kalian semua. Karena itulah arti kelahiranku, Iriya Satoshi, di dunia ini–––”
✽✽✽✽✽
Author Note:
Terima kasih sudah membaca sampai di sini!
Oh ya, bagi yang tidak mengerti teori misterius Shino, coba miringkan huruf besar [I] ke samping.
Jika memungkinkan, aku akan senang jika kamu kembali ke [halaman karya], dan menekan [⊕] di [★ Apresiasi] di [Review] sebanyak tiga kali!
Dan aku baru mulai X, jadi silakan follow jika berkenan.