Shibou Endo o Kaihi Shita – Chapter 15
Chapter 15 – PoV 【Empat Gadis Tercantik】 ⑤
Terkunci 🔒
Menghitung mundur...
Chapter ini akan terbuka otomatis pada .
Atau kamu bisa membaca chapter ini di sini.
Trakteer
Chapter 15 – PoV 【Empat Gadis Tercantik】 ⑤
“––––––begitulah yang dia katakan~”
“Oh begitu ya~”
“Sungguh menarik”
“Inilah yang disebut girls talk… sungguh menyenangkan”
Dalam suasana remang yang lembut di sebuah apartemen satu kamar, suara tawa terus terdengar tanpa henti.
Kami berempat duduk mengelilingi meja di tengah ruangan.
Meskipun jam sudah hampir menunjukkan pukul tiga pagi, suasananya seperti para siswi SMA yang mengobrol di restoran keluarga, pemandangan yang terasa agak aneh.
“Bagaimanapun juga… kita berhasil keluar dari ‘Kekuatan Koreksi Dunia’ di [LoD], kan?”
Reine bertanya dengan nada hati-hati, seolah ingin memastikan hal itu kepada kami.
“Benar. Jika kita memahami isi dari dokumen ini dengan jujur, panggung [LoD] berakhir di tiga tahun masa SMA. Setelah itu, gak ada skenario untuk masa kuliah. Dengan begitu, kita gak akan lagi dipermainkan oleh ‘Kekuatan Koreksi Dunia’”
“Syukurlah, benar-benar melegakan…”
Kami tidak akan lagi dipaksa untuk mencintai seseorang atau membiarkan nyawa kami dipertaruhkan.
Kami benar-benar bebas sekarang.
Kami saling berbagi rasa lega ini berulang kali, memastikan bahwa semua ini nyata.
Dan kemudian–––––
“Kita harus mengucapkan terima kasih kepada Iriya Satoshi-kun~!”
Shuna menangkupkan tangannya di depan dada.
Dengan ekspresi yang mengingatkan pada seorang ‘Saint’, ucapannya penuh dengan kehangatan.
“Benar sekali…”
“Ya, benar…”
“Aku berharap dia segera sadar”
Siapa pun ‘Iriya Satoshi’ itu, tidak penting sekarang.
Dialah yang menyelamatkan nyawa kami yang seharusnya berakhir di dunia [LoD].
Dia memberikan masa depan kepada kami.
Sudah hampir seminggu sejak kecelakaan itu, dan kami berharap dia segera bangun.
Kami ingin mengucapkan terima kasih karena telah melindungi kami selama ini.
Kami ingin meminta maaf karena tidak menyadari semuanya lebih awal.
Dan–––––
“Satsuki-chan, wajahmu merah, loh~”
“Eh!? Nggak, itu… tunggu, Shuna, wajahmu sendiri juga merah!”
“Eh, eh~? Kurasa nggak begitu, deh~”
“Nggak, wajahmu sangat merah. Seperti kepiting rebus”
“Daripada berbicara tentang orang lain, bagaimana kalau kalian bercermin? Shino juga sama merahnya”
“… Kata-katamu aku kembalikan, Reine”
“Diamlah…”
Hening sejenak menyelimuti kami berempat.
Masing-masing berusaha menyembunyikan apa yang dirasakan, namun pipi yang memerah menceritakan segalanya.
Pemandangan ini sudah kulihat sebelumnya.
Aku tak tau seperti apa ekspresiku sekarang, tetapi melihat tiga orang lainnya, mungkin aku juga memiliki ekspresi yang sama.
“Sepertinya kita punya selera yang mirip, ya…”
“Sepertinya begitu…”
Kami tertawa canggung.
Dulu, aku merasa jijik mengetahui mereka memiliki perasaan yang sama terhadap orang yang aku sukai.
Namun sekarang, aku justru merasa senang karena kami memikirkan orang yang sama.
Walaupun pada akhirnya, hanya satu orang yang bisa bersamanya.
Namun, itu tetap terasa aneh.
“Nee…”
Kemudian, Reine bergumam pelan.
Kami serentak menatapnya.
“Aku mencintai Iriya Satoshi. Aku benar-benar ingin bersamanya. Tapi aku juga gak ingin bertengkar dengan teman-temanku demi seseorang yang kusukai…”
“Reine-chan…”
Aku tidak begitu mengenal Reine secara mendalam, namun dia cenderung menghindari kata-kata langsung.
Itulah sebabnya, aku terkejut dengan pengakuannya yang begitu jujur.
Melihat ke arah yang lain, jelas mereka merasakan hal yang sama.
Kami semua ingin bahagia bersama.
Kami tidak ingin ada yang mengalami penderitaan lagi.
Sebagai ‘rekan seperjuangan’ yang telah menghadapi nasib buruk, ikatan kami terasa lebih kuat daripada hubungan keluarga sekalipun.
Namun, ironisnya, perasaan kami terhadap ‘penyelamat’ kami, Iriya Satoshi, jauh lebih besar.
Meskipun ‘Kekuatan Koreksi Dunia’ tidak lagi ada, kami kembali jatuh cinta kepada orang yang sama, dipaksa bersaing walau tidak menginginkannya.
Betapa ironisnya…
Namun, kata-kata Reine berikutnya membuat kami lebih terkejut lagi.
“Jadi, bagaimana kalau kita semua menjadi miliknya?”
“Eh…?”
Sebuah usulan yang sangat mengejutkan, terutama saat kami sedang memikirkan cara untuk berdamai dengan perasaan masing-masing.
Kami bertukar pandang, dan aku akhirnya bertanya dengan hati-hati kepada Reine.
“Apa kamu serius…?”
“Ya, aku serius”
Kami menatapnya, mencoba memahami berbagai emosi di balik matanya.
Shuna adalah yang pertama memecah keheningan.
“Kedengarannya bagus! Aku setuju~”
“Benarkah…?”
Aku melihat Shuna, mencoba mencari tau apakah dia serius.
Dia membalas dengan senyuman.
“Kalau hanya teman biasa, mungkin aku akan berpikir ulang~ Tapi kita ini rekan seperjuangan, kan? Kita gak bisa menganggap ini sebagai masalah pribadi saja. Kan, Reine-chan?”
“Eh, ya. Benar, Shuna”
Shuna meraih tangan Reine dengan senyum lembut.
“… Kalau begitu, bagaimana denganmu, Shino?”
“Begini… tentu saja, secara pribadi, aku ingin dia memilihku seorang. Tapi–––”
Shino menarik napas dalam, kemudian berkata,
“Aku juga merasakan ikatan yang kuat dengan kalian semua. Sama kuatnya seperti perasaanku padanya…”
“Jadi?”
“Aku setuju dengan pendapat Reine. Lagipula, aku sendiri adalah anak hasil hubungan gak resmi”
Shino mengungkapkan masa lalunya sambil tersenyum canggung.
Akhirnya, ketiga pasang mata tertuju padaku.
Meskipun masih ada kebingungan, jawabanku sudah jelas.
“Aku menyerah. Aku ingin bersama kalian semua. Tapi, aku harus menjadi yang utama, ya?”
Meskipun kami sepakat, kami semua ingin menjadi yang paling dicintai olehnya.
Itu adalah syarat untuk menerima situasi cinta yang tidak biasa ini.
Kami pun saling bertukar senyuman penuh tantangan.
“Aku akan berusaha semaksimal mungkin”
“Takhta istri utama adalah milikku”
“Fufu, aku gak akan kalah~”
Hubungan seperti ini tidak normal.
Aku mungkin akan merasa cemburu dan tersiksa membayangkan dia bersama orang lain selain diriku.
Meskipun kami berempat menjadi kekasihnya, mungkin akan tetap ada hierarki.
Aku ingin dia memprioritaskan diriku saja.
Mungkin saja, aku akan menjadi satu-satunya yang ditinggalkan.
Kekhawatiran yang bisa disebutkan tak ada habisnya.
Tapi, meski begitu, ada bagian dari diriku yang berharap hubungan ini akan berhasil dengan sama kuatnya.
“Iriya-kun pasti akan terkejut!”
“Ya… tiba-tiba mendapat empat pacar, dan semuanya adalah ‘Empat Gadis Tercantik’. Aku penasaran bagaimana reaksinya nanti”
“Fufu, aku sudah gak sabar”
Di tengah kegembiraan itu, sejenak aku memikirkan kemungkinan ditolak.
Tapi, dari apa yang kulihat di buku hariannya, dia mendukung kami semua.
Setidaknya, jika dia membenci kami, dia tidak mungkin berusaha menyelamatkan kami dengan mempertaruhkan nyawanya.
“Aku gak sabar~ Mari kita bahagia bersama~
–––––Ngomong-ngomong, bagaimana dengan si sampah itu?”
“Eh?”
Nada suara Shuna mendadak menjadi rendah seolah jatuh ke dasar jurang.
Saat kami melihat Shuna, kami menarik nafas.
Dengan kepala miring, seikat rambut terjepit di mulutnya.
Pupil matanya melebar seperti orang gila, menampakkan niat membunuh yang dingin dan murni.
Hanya suara detik jam yang bergema di ruangan.
Ruangan yang tadinya ceria seolah berubah menjadi malam kutub yang sangat dingin.
“Ma-maksudmu, Yut–” “Bisakah kamu nggak menyebut nama itu?” “Eh, ah, maaf…”
Reine mengecil perlahan-lahan, terintimidasi oleh Shuna.
“Ada apa… Shuna-san?”
Hanya menggerakkan kepalanya dengan kaku, Shuna menatap Shino.
“Gak ada apa-apa. Sebaliknya, kenapa kalian semua bisa tetap begitu tenang~?”
“… Kurasa itu bukan jawaban atas pertanyaanku…”
“Kalau begitu akan kukatakan dengan jelas ––––– aku ingin membunuh [Sano Yuto]”
Kemudian, Shuna kembali ke senyumnya yang biasa.
Tidak, hanya luarnya saja.
Kebencian yang merembes keluar tidak bisa disembunyikan.
Keringat mengalir dari Shino yang sangat berpengalaman.
Aku dan Reine seperti katak yang ditatap ular, terpana oleh aura Shuna.
“Aku tau apa itu ‘Kekuatan Koreksi Dunia'~”
Yang keluar dari Shuna adalah sesuatu yang tak terduga.
“… Apa itu?”
Dia tersenyum dan menatap kami.
Rasanya seperti jantung kami dicengkeram oleh ketakutan.
“Kita ini karakter di dunia yang disebut [LoD] kan~? Aku gak tau detail skenarionya, tapi mungkin ini cerita cinta~? Yah, itu gak penting sih~. Menurutmu apa yang menjadi pusat skenario?”
“Eh, umm”
Aku sama sekali tidak tau harus menjawab apa.
Meskipun digabungkan menjadi satu, cerita pun memiliki genre.
Cerita cinta dan SF adalah dua hal yang sangat berbeda.
“Protagonis”
“Ah…”
“Perasaan protagonis, latar belakang, tindakan, hal-hal yang dia rasakan, kejadian di sekitarnya ––––– berbagai hal menjadi faktor yang membuat cerita berlanjut. Karena itu, di dunia cerita, protagonis adalah pusat dari segalanya ––––– dengan kata lain, yang ingin kukatakan adalah~ bukankah ‘Kekuatan Koreksi Dunia’ itu seperti perangkat untuk mempertahankan dunia yang menguntungkannya?”
Ini mengejutkan.
Kukira Shuna adalah tipe yang tidak pandai memikirkan hal-hal seperti analisis dan strategi.
Tapi–––––
“… Aku mengerti maksud Shuna-san. Menurutku itu analisis yang menarik. Tapi, aku nggak mengerti bagaimana ‘Kekuatan Koreksi Dunia’ berhubungan dengan niat untuk membunuh [Sano Yuto]”
“Aku juga berpikir begitu. Bagaimanapun juga…”
“Ya. Meskipun dia orang yang sangat kubenci sampai nggak ingin menyebut namanya…”
Aku tidak sampai ingin membunuhnya.
Tentu saja, aku tidak ingin berurusan dengannya lagi.
Kalau bertemu di kampus pun, aku berencana untuk mengabaikannya sebisa mungkin.
“Apa kalian nggak merasa ada yang aneh saat membaca [Buku Harian]~?”
“… Maksudnya?”
“Bukankah dia terlalu mudah menerima apa yang dilakukan Iriya Satoshi-kun~?”
“–––––”
Terlalu mudah menerima.
Saat aku merenungkan kata-kata Shuna dalam hati, aku merasa seperti bisa melihat dasar jurang yang selama ini tidak ingin kulihat.
“Bagaimanapun juga ini aneh kan~. Kalau terjadi sesuatu yang nggak kita ingat, bukankah biasanya kita akan curiga~? Tapi, dalam ingatan kita, dia sama sekali nggak menunjukkan sikap seperti itu~. Bukankah kalian juga begitu~?”
“… Ya”
“Benar juga kalau dipikir-pikir…”
Sepertinya Reine dan Shino juga merasakan hal yang sama sepertiku.
Tanpa sadar, kami semua terpaku pada kata-kata Shuna.
“Kalaupun kita mengalah seratus langkah dan menganggapnya hanya protagonis biasa, kita bisa mengabaikannya~ Karena dalam arti sebagai boneka dari pencipta [LoD], dia sama seperti kita~”
[Iriya Satoshi] mengatakan bahwa korban di [LoD] adalah kami berempat, tapi kami juga bisa berpikir bahwa dia juga korban yang dipaksa memerankan karakter protagonis bernama [Sano Yuto].
Mungkin saja, dia juga sama seperti kami yang dipaksa untuk menyukainya.
“Tapi–––––”
Shuna kembali memasang wajah serius.
“Dia bertindak seolah-olah tau ada ‘Kekuatan Koreksi Dunia’ kan? Lebih dari itu, dia sadar kalau dia adalah protagonis dunia ini kan?”
✽✽✽✽✽
Author Note:
Terima kasih sudah membaca sejauh ini!
Jangan lupa [Follow] ya!
Jika memungkinkan, aku akan senang jika kamu kembali ke [Halaman Karya], dan menekan [⊕] di [Beri Penghargaan dengan ★] di [Ulasan] sebanyak tiga kali!