Tokushu Butai no Ore ga Tensei Suru to, Menomaede Zessei no Bijin Oyakoga Okasare-sōde Tasuketara, Tondemonai Yandere Kizokudatta - Chapter 37


Chapter 37 – Reuni

 

Hari berikutnya.

Alice dan Carol pergi ke akademi sihir, dan Agnes juga pergi ke istana kerajaan bersama Siesta untuk menangani beberapa urusan bisnis.

Lindsey dan Elyse memiliki pagi yang sibuk.

Begitu master diutus untuk bekerja, pekerjaan mereka segera dimulai.

Lindsey yang kalem berambut ungu terlibat dalam menyortir surat dan mengorganisir dokumen.

Karena dia berasal dari keluarga bangsawan, dia juga mendapatkan pendidikan yang baik dan tau bagaimana mendidik.

Oleh karena itu, dia sering membantu kepala maid Siesta.

Dan Elyse yang kekanakan sangat terampil dalam pekerjaan rumah tangga dengan sihirnya, seperti mencuci dan pekerjaan rumah tangga umum.

Dia, seperti Lindsey, juga berasal dari keluarga bangsawan.

Elyse masuk ke kamar Haruto untuk mencuci sprei.

Dan kemudian,

“Hn…”

Dia mencium sprei yang membuat pipinya memerah.

Bau manis dan asam dari feromon pria dan wanita bercampur.

Elyse menghela nafas dan kemudian mengangkat selimut yang berantakan.

Lalu dia mengeluarkan perkataan tanpa berpikir.

“Medici sedang bersemangat”

Meskipun dia terlihat sedih, Elyse dan Lindsey tau.

Ketiga wanita itu milik Haruto, dan Haruto milik ketiganya.

Tetapi satu-satunya pria yang bisa memuaskan harapan Elyse dan Lindsey adalah Haruto.

Jadi, begitu Agnes, Carol, dan Alice hamil…

Demi menghibur Haruto… merekapun bisa–

Tapi mereka bertanya-tanya apakah mereka diizinkan.

Sejak Haruto menikahi Alice, masalah Elyse dan Lindsey hanya meningkat.

Mereka berdua adalah maid, meskipun berasal dari latar belakang bangsawan.

Konsep keperawanan sangat berbeda antara orang biasa dan orang dari keluarga bangsawan yang bisa menggunakan sihir.

Dengan ekspresi murung di wajah mereka, keduanya menjalankan pekerjaan mereka dalam diam.

 

✽✽✽✽✽

 

“Haah… sangat frustrasi”

“Elyse, jagalah perilakumu”

Kedua wanita itu berada di kafetaria sedang istirahat.

Elyse terkulai di meja dan berkata.

“Kamar Haruto-sama harum sekali hari ini”

“Elyse, jangan bilang hal-hal seperti itu”

“Haah…”

Bahkan kemarin dia frustrasi dan membuat pernyataan berani di depan Siesta, kepala maid, tapi itu hanya menggertak.

Begitulah gadis ini Elyse.

Tentu saja, Lindsey, yang sangat menyadari sifat teman masa kecilnya, bertanya dengan suara lembut.

“Ingin pergi ke tempat Haruto-sama?”

“Eh?”

“Kita tidak harus bekerja siang ini”

Elyse memutar bola matanya dan menatap Lindsey.

Lalu, gadis berambut ungu itu tersenyum sedikit.

Yang membuat Elyse ceria, seketika.

“Yeah! Ayo pergi bersama-sama!”

 

✽✽✽✽✽

 

Lindsey dan Elyse berjalan-jalan di sekitar rumah untuk mencari Haruto.

Saat mereka mendekati halaman belakang, mereka mendengar suara tajam dari logam.

Dan kemudian, dia Haruto, terlihat gagah, terlihat menembakkan senjata ke target dalam posisi jongkok.

Haruto sepertinya menyadari keberadaan mereka dan berdiri, dan melambaikan tangannya.

Gadis-gadis itu menghela nafas lega karena reaksinya menggembirakan.

“Maaf. Memang ada peredam suara, tapi apakah masih terlalu keras?”

“Tidak, kami hanya bertanya-tanya apa yang sedang anda lakukan”

Lindsey bertanya, memandang heran pada Haruto yang memegang senjata.

“Oh, ini, um, latihan menembak”

““Latihan menembak?””

 

✽✽✽✽✽

 

“Ahaha! Lindsey, ini sangat menyenangkan!”

“Iya. Ini alat sihir yang sangat bagus… bisa langsung menarik pelatuk ini dan menembak peluru sihir dengan kekuatan besar!”

Haruto mengajarkan mereka cara menggunakan senjata itu secara kasar dan membiarkan mereka menembak, karena mereka tertarik pada latihan menembak.

Kedua maid itu kaget pada awalnya oleh dorongan saat menembak, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka mampu mengenai target di kejauhan.

Jadi mereka sangat senang berlatih menembak.

Haruto mengangguk puas, mengatakan bahwa maid dari dunia lain yang membidik target dengan HK416 cukup kombinasi yang bagus.

Setelah menembak sejenak, mereka memberikan senjata kembali kepada Haruto dengan raut wajah penuh keberhasilan.

“Terima kasih! Itu sangat menyenangkan!!!”

“Terima kasih”

“Yeah, aku senang kalian bersenang-senang”

Kedua gadis yang baru saja beberapa menit lalu bekerja dengan ekspresi murung di wajah mereka, sekarang tersenyum polos seperti anak-anak.

Dan hati mereka yang bingung tenggelam dalam kegembiraan yang dibawa oleh latihan menembak.

Haruto, dengan mata melebar, berbisik.

“Oh, tidak! Aku harus membuka stan segera!”

““Stan?””

“Yeah. Aku sudah berpikir untuk menjual takoyaki sepanjang hari ini, tapi kalau tidak buru-buru, aku akan terlambat!”

Elyse dan Lindsey tertawa ketika melihat Haruto mulai menjadi tidak sabaran.

““Kami akan membantu!””

“Terima kasih””

 

✽✽✽✽✽

 

–– POV Haruto ––

“Takoyaki gurita lezat, kamu tidak akan menemukannya di tempat lain!”

“Ini tagihannya, 800 meso”

Karena keadaan, aku memutuskan untuk menjual takoyaki dengan Elyse dan Lindsey di tempat biasa.

Elyse membantuku mengumpulkan pelanggan, dan Lindsey sebagai kasir.

Aku dengan pakaian kerjaku menggerakkan panci takoyaki dengan seorang maid cantik dari dunia lain di setiap sisiku.

Itu adalah pemandangan yang sangat tidak nyata.

Tetapi ada kerumunan orang di sekitar, dan takoyaki terjual secepat mereka dibuat, dan situasinya berlanjut terus menerus.

Dan dengan cepat, kami kehabisan bahan, dan mereka yang datang terlambat harus pergi kecewa.

Karena stan kami berada di tengah-tengah ibu kota kerajaan yang sepi dan daerah pemukiman, ada begitu banyak pelanggan.

“Itu luar biasa… Aku tak pernah berpikir akan laku sebanyak ini”

“Ini karena Haruto-sama yang membuatnya… jadi wajar saja…”

Mereka terlihat sangat lelah dan agak terlalu banyak.

Yah, tak heran, karena begitu banyak tamu datang sekaligus.

Aku berbicara kepada gadis-gadis itu dengan sedikit permintaan maaf.

“Kalian berdua belum makan, kan?”

“Y-ya. Saya cukup lapar…”

“Saya juga”

“Aku menyimpan beberapa bahan takoyaki jadi aku akan memasak untuk kalian sekarang”

Mereka membulatkan mata mereka pada saranku.

Elyse bahkan mendrooling.

Lalu keduanya menganggukan kepala mereka dengan cepat.

“Baiklah. Aku kembali dalam satu menit”

Dengan itu, aku menuangkan adonan, dan melemparkan gurita berukuran besar.

Aku suka takoyaki, apakah aku di Jepang atau di dunia lain.

Saat aku bersiul dan menggerakkan panci dengan gerakan kecil, suara yang akrab menggelitik telingaku.

“Meskipun kau mendapatkan gelar Duke Linster, masbro takoyaki tak akan berubah”

“Hahaha. Manusia adalah makhluk yang tak berubah begitu saja”

“Huh?”

Aku terkejut.

Sejak aku menikahi Alice, aku hanya bertemu dengan mereka sekali, dan aku telah penasaran tentang mereka untuk waktu yang lama, tapi akhirnya mereka datang… di tempat dimana semuanya dimulai.

Aku senang melihat mereka.

Dua petualang baik hati, seperti yakuza, yang membantuku.

“Kalian tidak berbeda… Aku sudah ingin bertemu dengan kalian setelah sekian lama”

“Hei, kami adalah petualang. Masbro, aku tak suka jenis rayuan seperti itu”

“Petualang adalah makhluk yang tak pernah tau kapan mereka akan mati. Jadi, jangan khawatir tentang kami, orang-orang yang tak berdaya, dan terus melakukan tugasmu untuk melindungi negara ini”

“Tidak, tidak, tidak seperti itu… kalian berdua…”

Kedua petualang itu mengangkat tangan satu per satu untuk menghentikan kata-kataku.

Lalu, ada tas kulit dan sebotol anggur yang mereka genggam di tangan mereka.

“Hei, masbro, gimana kabarnya? Yah, aku tidak menyalahkanmu jika kau sibuk”

“Ah, aku…”

Jujur, aku ingin minum.

Aku ingin berbicara lagi, seperti yang kami lakukan waktu itu.

Tapi Elyse dan Lindsey ada di sini…

Aku melihat dua pelayan itu, berpikir,

“Sepertinya menyenangkan, bisakah saya bergabung denganmu?”

“Jika Elyse setuju, saya juga setuju…”

Kedua petualang itu menggigil ketika melihat reaksi mereka.

“Tidak, tidak! Kalian tak perlu memaksakan diri. Kami bukan orang yang menyenangkan untuk minum karena wajah menyeramkan kami…”

“Oh, ya, ya! Maid kelas satu dari keluarga Medici minum di tempat kotor kecil seperti ini…”

Kedua petualang itu memalingkan mata basah mereka padaku untuk meminta bantuanku.

Tapi aku tertawa dan dengan riang menjawab.

“Ayo minum bersama”



Komentar