Wazawai Aku no Avaron – Chapter 086


Chapter 086 – Teman Pertama

 

TL Note

    Untuk yg ini mungkin kurang cocok, tapi karena lagi boss fight jadi mimin kasih musik aja. Kalau mau dengerin monggo enggak juga gak apa-apa.

Link Youtube

Iblis besar legendaris yang konon dikalahkan oleh Seijo.

Melihat sosoknya di depan mata, Suou mengeluarkan batu kecil dari dadanya dan menghilang diselimuti cahaya.

Dia hanya memanggil iblis dan pergi begitu saja tanpa melakukan apa-apa.

“Eeh!?”

“Di-dia kabur! Sialan!”

Sera-san kehilangan ketenangannya dan panik sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, sementara Tenma-san menghentak-hentakkan kakinya dengan marah atas tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab itu.

Melihat ekspresi yang jarang terlihat dari mereka sangat menyegarkan… tidak, ini bukan saatnya untuk mengatakan hal seperti itu.

Yang baru saja digunakan Suou adalah item pelarian yang mengandung sihir ‘Eject’, juga dikenal sebagai stone returns.

Efeknya adalah teleportasi langsung ke luar dungeon, dan di dunia di mana nyawa dipertaruhkan, ini adalah item yang sangat diinginkan untuk dimiliki.

Namun, harganya setara dengan membeli sebuah rumah, jadi tidak bisa digunakan dengan mudah.

“Narumi Souta. Sampai sejauh mana kamu bisa bertarung?”

“Aku…”

Kuga-san yang dengan cepat memakai pelindung dan membawa belati pendek bertanya tentang kemampuanku.

Sekarang setelah jelas bahwa pertempuran melawan musuh yang kuat tak bisa dihindari, dia mungkin berpikir untuk meningkatkan peluang bertahan hidup sebanyak mungkin.

Tapi aku bisa dengan mudah membayangkan bahwa jika aku menunjukkan kemampuanku, situasinya akan menjadi sangat merepotkan.

Lesser Demon telah sepenuhnya muncul dari lingkaran sihir, dan perlahan-lahan menilai jiwa siapa yang akan dihancurkan sambil menjilat bibirnya.

<<Aura>> beracun menyelimuti tempat ini, mengubah ruang suci yang murni menjadi neraka yang menyesakkan.

Tidak ada waktu lagi untuk ragu-ragu.

“Bahkan aku dan Tenma-sama gak bisa melawan makhluk seperti itu sendirian. Maafkan aku, tapi…”

(Itu. Seperti yang kuduga, dia memilikinya)

Dia mengeluarkan batu kecil transparan yang tergantung di lehernya.

Putri sulung dari keluarga bangsawan besar, dengan bakat dan kecantikan yang luar biasa, dan dipilih sebagai penerus [Seijo].

Bagi keluarganya, memberikan asuransi sekecil itu pasti bukan masalah besar.

“Tenma-sama, kamu juga sebaiknya menggunakannya tanpa ragu. Mengenai mereka berdua, meskipun disayangkan, itu adalah takdir. Kita harus hidup dengan memikirkan keluarga kita sebagai prioritas utama. Kalau begitu, permisi”

Sambil menggenggamnya erat-erat dan mengalirkan kekuatan sihir, dia menghilang diselimuti cahaya seperti Suou.

Dalam situasi yang putus asa seperti ini, mempertaruhkan nyawa demi teman sekelas yang tidak terlalu dekat adalah hal yang bodoh.

Dan seperti yang dia katakan, jika seseorang adalah pewaris keluarga bangsawan, pilihan untuk hidup dengan memikirkan keluarga sebagai prioritas utama bisa dipahami.

Sebaliknya, aku lebih suka mereka kabur lebih cepat jika memang ingin kabur.

“Ini adalah situasi terburuk yang bisa dibayangkan… Dia datang!”

Setelah dua orang melarikan diri, hanya tersisa tiga orang.

Lesser Demon, bertekad untuk tidak membiarkan seorang pun lolos, menyerbu dengan menimbulkan getaran di tanah dan mengayunkan tinjunya yang besar.

Yang menghadangnya adalah Tenma-san, yang menahan tinju besar itu seperti perisai dengan kapak dua tangan besarnya.

Dia berdiri tegak di depanku, menahan tinju bermassa besar itu dengan sekuat tenaga.

Dari <<Aura>> merah yang samar-samar merembes keluar, aku bisa melihat bahwa dia telah mengaktifkan skill uniknya, <<Superhuman Strength>>.

<<Superhuman Strength>>, kekuatan supranatural yang diperoleh setelah dicintai dan diberkati oleh roh.

Ini adalah sumber kekuatan yang membuatnya menjadi peringkat dua.

Efeknya adalah peningkatan kemampuan fisik yang besar, tetapi juga merupakan skill tragis yang membuat tubuh menjadi tua dan buruk rupa.

Aku berterima kasih dia menggunakannya untuk membantu, tapi kenapa dia tidak menggunakan item pelarian?

“Aku akan bertahan sebentar saja! Karena itu, coba cari cara untuk keluar dari ruangan ini!”

Lesser Demon mengayunkan keempat lengan besarnya seperti badai dan melancarkan serangan bertubi-tubi.

Tenma-san berusaha bertahan dengan mengandalkan <<Superhuman Strength>>, tapi tidak bisa mengimbangi kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, dan terpental.

Momentumnya tidak berhenti, dan dia memantul beberapa kali sebelum menabrak dinding.

“Tenma-san, jangan memaksakan diri! Lupakan saja kami dan gunakan item pelarianmu tanpa ragu!”

“Gak mau! Akhirnya… akhirnya aku punya teman pertama… Aku gak akan meninggalkan kalian!”

Tenma-san, yang berkali-kali terpental, bangkit kembali sambil berteriak seolah-olah menyemangati dirinya sendiri, dan menyerang lagi.

Dia tak peduli bahwa baju zirahnya yang dibanggakannya telah rusak dan penyok, dan darah mengalir.

Sekarang aku ingat, meskipun sulit dibayangkan karena dia selalu ceria di depanku, tapi sejak SMP dia diperlakukan seperti tumor dan selalu sendirian.

Itulah sebabnya dia mengurung diri dalam baju zirah itu.

(Yah, tapi… dia mengatakan hal yang menyenangkan)

Aku yang dianggap sebagai anak buangan dan dijauhi di sekolah, dia menyebutku teman dan bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk melawan iblis besar yang disebut legendaris.

Dari sikapnya yang putus asa, aku bisa melihat bahwa itu adalah perasaannya yang sebenarnya.

Dadaku jadi terasa hangat.

Aku jadi sedikit bersemangat.

Di sisi lain, Kuga-san menyayat kaki Lesser Demon dengan pisau pinjaman sekolah yang dipegangnya, tetapi hampir tidak bisa memberikan damage.

Karena kulit yang tebal dan keras ditambah dengan skill regenerasi yang bekerja, damage yang diberikan praktis nol.

Mungkin akan berbeda jika dia menggunakan senjata yang lebih kuat atau menyerang dengan sungguh-sungguh, tapi dia tidak bisa terlalu agresif karena hate dari Lesser Demon tidak stabil.

Tapi, jika Kuga-san juga ikut bertarung, mungkin aku tak perlu mengeluarkan semua kemampuanku.

Dari yang kulihat, yang dibutuhkan oleh mereka berdua adalah tank yang handal.

“Baiklah! Kalau begitu aku akan menjadi tank. Aku serahkan peran attacker pada kalian berdua!”

“Narumi-kun, jangan nekat!”

Yang bertindak nekat itu kau, Tenma-san.

Jika kau ingin melarikan diri, kau bisa langsung kabur dengan item pelarian.

Tidak mungkin kepala keluarga Tenma tidak memberikan item itu pada putri kesayangannya.

Meskipun begitu, jika dia tidak meninggalkan kami dan bahkan mempertaruhkan nyawanya, aku juga akan sedikit membuka kekuatanku.

Aku mengeluarkan sarung tangan hitam dari mithril murni dari tas ajaibku dan memakainya dengan cepat.

Lalu, meskipun aku tidak berencana menggunakannya, tapi apa boleh buat… aku juga mengeluarkan pedang panjang dari mithril murni yang belum dilapisi.

Pertama-tama, aku akan mengambil alih hate yang tertuju pada Tenma-san.

“Oi besar, ke sini kau! <<Irritated Howl>>!”

Raungan keras dan gelombang kejut keluar dari mulutku.

Ini adalah skill provokasi yang secara paksa mengambil alih hate target.

Memang tidak bisa menjadi tank tanpa skill ini.

Lesser Demon yang tadinya melancarkan serangan bertubi-tubi pada Tenma-san, berbalik seolah-olah ditarik magnet dan berlari ke arahku.

Sepertinya dia sendiri tidak mengerti mengapa perhatiannya teralihkan.

“Skill itu… milik [Teikoku(Kekaisaran)]. Sudah kuduga”

“Apa? Apa yang kamu lakukan!?”

[Knight] sepertinya adalah job rahasia dari suatu negara, tapi kurasa tidak apa-apa menunjukkan sebanyak ini…

Mungkin bisa diatasi jika kuminta mereka merahasiakannya nanti.

Selain itu, kekuatanku tidak cukup untuk menyerang makhluk ini.

Karena itu, sekali lagi!

“Ayo kita tingkatkan!! <<Flame Arms>>!!”

Saat aku mengaktifkan skill dengan merentangkan kedua tangan, aura merah seperti ular melilit lenganku.

Ini adalah skill buff yang dipelajari [Warrior], yang meningkatkan STR sebesar 30%.

Meskipun menggunakan ini, secara numerik aku belum mencapai level yang bisa bertarung langsung dengannya, tapi cukup untuk menangkis serangannya.

“Kalian berdua jangan segan-segan meningkatkan kekuatan serangan kalian. Aku akan memastikan targetnya tetap terfokus padaku bagaimanapun caranya!”

Lesser Demon yang terkena skill provokasi mencoba menjatuhkan tinjunya ke arahku dengan tampak terganggu.

Aku tidak berniat menerimanya langsung, jadi aku menghindar dengan berputar ke samping, lalu menebasnya dengan pedang mithril saat ada celah.

Untuk sementara aku akan terus mengulangi ini dan menumpuk skill provokasi setiap cooldown, yang terpenting adalah memastikan target tetap terfokus padaku.

“Entah apa yang terjadi tapi sepertinya bisa! Kalau begitu aku juga akan mulai!”

“… Hm!”

Tenma-san, yang menilai bahwa aku bisa berperan sebagai tank dengan baik dalam mengambil aggro, mengayunkan kapak raksasanya berputar-putar lalu menghantamkannya dengan penuh tenaga.

Berkat <<Superhuman Strength>>, daya serangannya luar biasa, meninggalkan banyak luka dalam pada kulit yang memiliki pertahanan tinggi dan menggerus HP dengan cepat.

Kekuatan serangan jarak dekat gadis terkuat di angkatannya memang bukan main.

Kuga-san juga bisa memberikan damage meskipun tidak menggunakan skill serangan.

Belati bercahaya kebiruan di tangannya tampaknya telah dienchant dengan sihir yang meningkatkan ketajamannya.

“GUOGIAAAAA!!!!”

Lesser Demon meraung sambil mengayunkan lengannya dengan kasar.

Dia tampak sangat kesal karena tidak bisa mengenai aku dengan tinjunya, dan di saat yang sama menerima serangan bertubi-tubi dari belakang.

Untuk mengatasi situasi ini, dia mengambil posisi dengan membusungkan dada, bersiap menggunakan skill.

Aura biru terang memancar dari keempat lengannya, dan dia mengayunkan tinjunya disertai raungan.

“Narumi-kun, bahaya!”

“Gak masalah. Tapi menjauh sedikit”

Lesser Demon mengayunkan keempat lengannya yang panjang dengan kecepatan tinggi, sehingga biasanya sulit untuk menghindari semuanya.

Namun jika kami tidak takut dan mengambil posisi merapat sambil berputar, hampir tidak akan kena.

Ini adalah strategi yang sama yang digunakan tank pada umumnya, kecuali jika mereka memiliki perlengkapan berat dan STR yang sangat tinggi.

Namun, skill serangan yang akan dia gunakan sekarang mencakup tidak hanya jarak menengah tapi juga jarak dekat, sehingga tidak ada titik buta.

Metode menghindar dengan berputar tidak bisa digunakan, dan menerimanya langsung juga akan menyebabkan damage.

Pasti akan sangat sulit melawannya jika ini pertama kali bertemu.

(Tapi, ini bukan pertama kalinya bagiku)

Di DunEx, ada fitur di mana kau bisa menantang boss lantai tertentu berulang kali jika menerima quest khusus.

Meskipun ada batasan bahwa lantai = level, tapi karena bisa mendapatkan item bagus, aku telah menantangnya tak terhitung jumlahnya saat masih game.

Ngomong-ngomong, aku bahkan memegang rekor waktu tercepat mengalahkannya solo.

Aku telah mengingat dalam tubuhku seberapa banyak damage yang harus diterima sebelum dia melakukan tindakan tertentu, dan skill apa yang akan dia gunakan hanya dengan melihat persiapannya sebelum aktivasi skill.

Untuk skill serangan ini, gerakan awalnya adalah ayunan ke bawah dari lengan atas, jadi kita bisa menghindari lintasannya dan memberikan serangan balik dengan tenang.

Sama seperti di game, dia berteriak dan mengayunkan kedua lengannya ke bawah.

Aku sudah memindahkan pusat gravitasiku sebelumnya dan menghindarinya dengan mudah.

Setelah itu, aku menyelinap melewati dua pukulan berikutnya dan menebasnya sekali.

Kemudian tinju horizontal datang dari arah kiri, jadi aku berputar ke kanan untuk ke belakangnya sambil melancarkan tiga tebasan skill pedang satu tangan <<Vorpal Thrust>>.

Dia mengeluarkan jeritan keras, tapi sekali skill senjata monster diaktifkan, tidak bisa dihentikan.

<<Uppercut>> datang dari bawah, jadi aku membatalkan efek kaku dari skill senjata sebelumnya dengan <<Backstep>>, lalu menempatkan <<Slash>> pada lintasan lengan yang akan diayunkan, memotong dari siku ke bawah.

Terakhir, dengan satu lengan yang hilang, dia melompat ke udara dan menyerang dengan menghantam bersamaan dengan jatuh, jadi cukup menjauh dari titik jatuh dan mengamati saja.

“GUAAAAAOOO”

“He-hebat! Apa itu tadi, gerakan apa itu!?”

“Semua terlihat… enggak. Terlihat seperti gerakan yang sudah tau apa yang akan datang”

Hebat juga Kuga-san.

Dia melihat pergerakan pusat gravitasiku ya.

Memang benar begitu, tapi sebenarnya tidak seleluasa itu.

Sebelum bertarung, aku pikir aku bisa mengatasi Lesser Demon sendirian dan ingin yang lain segera melarikan diri, tapi aku benar-benar senang bisa bekerja sama.

Meskipun tau serangan tidak akan kena, tidak mungkin tenang saat tinju yang menimbulkan suara gemuruh diayunkan di depan hidung.

Meski musuh yang sudah dikenal, jika bertarung lama melawan makhluk seperti ini, mental akan terkikis dan tingkat kecelakaan akan meningkat drastis.

Berkat mereka berdua yang berperan sebagai attacker, aku bisa fokus pada menghindar.

Aku ingin berterima kasih.

Akibat jatuhnya Lesser Demon, kerikil dan debu beterbangan, bersamaan dengan erangan keras yang memekakkan telinga.

Di titik jatuh, tubuh raksasa 4 meter itu menggeliat dan berguling-guling.

Darah menyembur dari lengan yang terpotong, tapi karena ada skill regenerasi, mungkin akan pulih sepenuhnya dalam beberapa puluh detik.

Tapi sekarang dia sedang tak berdaya.

Tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menghajarnya.

“Sekarang! Hajar dia!”

“Ufufu. Orya–––!!”

“Aku gak akan segan-segan… <<Double Sting>>!”

Tenma-san mengangkat kapak dua tangan besarnya dan melompat, menghajarnya tanpa ampun.

Setiap ayunan menimbulkan angin puyuh yang menderu, menggerus HP dengan cepat.

Kekuatannya melebihi imajinasiku, aku sedikit terkejut.

Di sisi lain, Kuga-san mengayunkan lengan yang memegang belati dengan cepat, mengaktifkan skill seperti mencakar.

Dia terus memotong-motong dengan tepat mencari tempat yang paling efektif, terlihat menjanjikan sekaligus menakutkan.

Namun HP boss lantai sangatlah besar, bahkan setelah menerima damage sebanyak ini, mungkin masih tersisa hampir setengahnya.

Selain itu, jika HP-nya tinggal sedikit, dia akan “mengamuk”.

Kami harus terus waspada dan menyelesaikannya dengan pasti – tapi…

“Kau sudah berbuat jahat tadi! Daging! Berikan dagingmu!”

“Tanduk ini juga… serahkan padaku”

Dengan adanya dua orang yang sangat bisa diandalkan itu, aku merasa kita bisa menang tanpa kesulitan.



Komentar