I, a Lonely Otaku Was Surrounded by Some of the Most Beautiful Girls on Campus and Was Called Riajuu Before I Knew It – Chapter 27

Chapter 27 – Kebenaran dan Hukuman

 

Haah––

Dalam perjalanan ke sekolah, aku hanya bisa menghela nafas setelah berpisah dengan Sakura-chan.

Aku hanya mengatakan,

“Mengapa Momoi sangat imut?”

Ada alasan mengapa aku mengatakan itu.

Apa…?

Apakah itu yang disebut desahan bahagia?

Kau bodoh!

Ini tak bagus!

Itu karena, sampai saat ini, aku dan Momoi saling membenci dan selalu bertengkar.

Namun, untuk beberapa alasan, Momoi terus berada di dekatku sejak pertikaian yang kami alami tiga hari lalu.

… Tidak, aku tidak menyombongkan diri, oke?

Dengarkan aku sedikit lagi.

Memang bagus kalau karakter Momoi meningkat.

Momoi yang berhati dingin telah menghilang di kejauhan, dan Momoi yang feminin dan imut telah turun.

Ya, itu sendiri sangat memuaskan.

Tapi jarak antara kami terlalu dekat…

Apakah kau memahami perasaan tak berdaya ini?

Ya, aku tau, kau mungkin berpikir aku harus meledak. (TN: Ya meledaklah sana)

Tidak, tidak.

Kepribadian Momoi sekarang sangat imut, dan penampilannya secantik seorang idol.

Apa?

Aku melebih-lebihkan?

Mustahil!

Kuyakin dia satu-satunya yang mempertahankan tempat nomor satu dalam peringkat popularitas di sekolah raksasa ini.

Beberapa hari yang lalu, jumlah orang yang mengaku padanya adalah seratus lima puluh.

Dan sekarang, sebelum aku menyadarinya, entah bagaimana meningkat menjadi dua ratus lima puluh.

Kau terlalu agresif, Tahun Pertama.

Bagaimana jumlahnya meningkat begitu banyak dalam waktu sesingkat itu!

Tidak, tentu saja dia mendapat lebih banyak pengakuan daripada tahun lalu…

Padahal, jumlahnya harus mulai tenang sekarang.

Lagi pula, itulah yang terjadi tahun lalu.

Hanya beberapa orang pertama yang mencoba untuk mengaku, tetapi mereka semua ditolak dan hancur dalam ketakutan, jadi tidak ada orang yang cukup bodoh untuk mencoba mengaku dengan gegabah lagi.

Padahal, aku hanya mengatakan kalau kau seharusnya tau itu lebih cepat…

Maksudku––

Jika kau tidak segera tenang, aku akan mendapat masalah……

Ini karena Momoi kemarin tidak akan menggangguku sama sekali, tapi sekarang aku sedikit takut memikirkan Momoi yang mengaku padaku.

Benarkah hanya sedikit ?

Jangan mengambil kebebasan untuk memperluas itu, oke?

…… Aku sudah keluar dari topik, tapi yah, begitulah imutnya Momoi.

Kemarin, aku bekerja sepanjang hari, dan dia membaca novel di sampingku sepanjang waktu.

Dan itu saja.

Tidak, ada satu hal yang berubah.

Karena aku menyembunyikan buku itu darinya, Momoi mulai ngambek ketika dia tidak bisa menemukan novel itu.

Apa?! Ngambek??

Kau harusnya marah sebagai gantinya!

Dia terlalu manis untuk ditangani…

Jadi, aku meminjamkan Momoi satu lagi yang menarik, meskipun itu bukan yang aku rekomendasikan.

Momoi terus membacanya di sampingku.

… Aku ingin bertanya “Apa yang kau lakukan di hari liburmu?”, tapi tidak mungkin aku bisa menanyakan itu pada Momoi.

Dan masalahnya, alasan Momoi begitu dekat denganku adalah karena dia menerimaku sebagai keluarga.

Maksudku, dia tidak melihatku sebagai laki-laki.

Jika aku memandangnya dengan pandangan yang anehnya menyenangkan– dia akan langsung membenciku, lho?

Singkatnya, aku akan mengatakan ini.

Momoi memperlakukanku seperti keluarga dan sangat dekat denganku, sama seperti Sakura-chan.

Aku menjadi sangat gugup saat terpaku pada Momoi yang imut, dan aku mendapati diriku lebih sering menatapnya.

Jika Momoi mengetahuinya, dia akan membenciku.

Itu hanya siksaan…

Apa yang kau harapkan aku lakukan…!?

Tuhan, apa yang kau ingin aku lakukan??

Apakah aku sedang melakukan semacam latihan spiritual sekarang??

Yah, aku cukup bermasalah tentang itu.

Namun, aku tidak bisa mengatakan pada Momoi untuk menjauh dariku karena dia sangat baik padaku, dan masalah terbesarnya adalah aku sedikit senang karenanya.

… Seperti yang kubilang, itu hanya sedikit, oke.

Aku khawatir jika tidak, aku akan memiliki perasaan yang tidak bisa diperbaiki untuk Momoi.

Apa yang harus kulakukan…?

Dan ada alasan lain untuk kesusahanku.

Hanya saja aku belum mendengar kabar dari Hanahime selama tiga hari ini.

Kami dulu sering berkirim pesan, dan pada hari libur kami biasa berkomunikasi sepanjang hari, tapi kemarin yang kami lakukan hanyalah mengucapkan selamat pagi ketika kami bangun dan selamat malam sebelum tidur…

3 hari terakhir serupa.

Sehari sebelum kemarin, itu datang sekitar sore hari, tapi karena aku memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan, aku hanya bisa menjawab di malam hari, jadi kurasa itulah mengapa itu terjadi sebelum aku pergi tidur.

Apakah menyeramkan mengingat berapa kali kami saling mengirim pesan…?

… Tinggalkan aku sendiri.

Itu hanya menempel di kepalaku karena aku penasaran.

Maksudku… mungkin ada alasannya kenapa?

Apa aku melakukan sesuatu yang membuatnya membenciku?

Atau mungkin dia punya pacar?

Aku bertanya-tanya mengapa aku merasa seperti ini…… aku bukan pacarnya, dan aku bahkan tidak tahu seperti apa dia, tapi entah mengapa itu mulai sedikit menggangguku ketika aku memikirkannya…

Tidak.

Itu akan membuatku terlihat seperti orang menyebalkan yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan internet.

Aku tau orang sudah melihatku seperti itu, tapi itu tidak benar, itu hanya tuduhan palsu.

Yah, begitu saja, aku mendesah sendiri.

Haah, ada apa dengan ini…

Saat aku membuka pintu kelas, aku bergumam pada diriku sendiri, merasa tertekan.

Dan saat aku membuka pintu dan masuk––

““““Selamat pagi, Kanzaki-san!””””

Untuk beberapa alasan, aku disambut dengan hormat oleh teman sekelasku.

… Eh?

“Apa yang terjadi…?”

“Ada apa, Mr. Kanzaki-san?”

“Mengapa kamu memanggilku dengan Mr. …?”

Aku hanya bisa melihat ke arah teman-teman sekelasku yang menundukkan kepala.

Dan di tengah semua itu, aku melihat seorang gadis berambut pirang dengan kepala terangkat, tampak kesal dan ceroboh, menggaruk pipinya dengan jarinya.

…… Itu salahnya bukan!

“Hei, kemari sebentar!”

Aku berjalan ke gadis pirang, Saijo, dan menarik lengannya.

“Aduh Kaito, Sakit! Tunggu sebentar! Sakit, sakit, lepaskan aku!”

Aku mengabaikan teriakan Saijo di belakangku dan menyeretnya ke tempat terpencil di lorong.

“Apa yang terjadi di sini?”

Pindah ke tempat terpencil, aku meng-kabedon Saijo ke dinding untuk menanyainya.

“Aku tidak tau…”

Kata Saijo, tidak melakukan kontak mata denganku.

“Apa maksudmu kau tidak tau?! Kenapa saat aku datang ke sekolah setelah istirahat sebentar, teman sekelasku mulai menyapaku dengan sopan dengan memanggilku dengan ‘Mr.’!? Apa yang kau lakukan?”

“Aku tidak tau, aku benar-benar tidak tau! Aku tidak melakukan banyak hal! Aku tidak melakukan kesalahan, malahan, aku melakukan sesuatu yang baik!”

“Huh… kenapa kita tidak mendengar tentang hal baik itu saja?”

“Aah!”

Saijo membuat wajah yang berkata, “Oh tidak!”

“Tidak, kamu tau, aku juga tidak melihat ini datang, kamu tahu? Aku benar-benar tidak bermaksud untuk…”

“Ceritakan saja apa yang sudah kau lakukan”

Ketika aku mengatakan itu, Saijo memberitahuku apa yang terjadi pada hari Sabtu.

Singkatnya, dia mengancam teman sekelas yang mencoba menyakitiku, dan entah bagaimana ini terjadi.

“Seriusan…”

Aku pasti tidak bisa marah pada Saijo untuk ini.

“Kamu harus benar-benar berterima kasih untuk itu”

“Maksudku– Kapan kau membuat semua teman sekelas kita mengikutimu?”

Aku tau kalau Saijo adalah ketua kelas, tapi sejauh yang ku tau, dia tidak memiliki banyak pengikut.

Tidak, mereka semua adalah orang-orang yang mendengarkan Saijo sejak awal, tapi aku yakin mereka hanya mendengarkannya karena uang atau karena dia manis.

Tapi dari apa yang kulihat sebelumnya, sepertinya Saijo mendominasi mereka dengan rasa takut.

“Hmm? Aku benar-benar tidak tau tentang itu… Saat aku masuk, entah kenapa suasananya seperti itu”

“Ancaman macam apa yang kau buat…?”

Saijo memiringkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaanku.

“Tidak, jika kau tidak tahu mengapa mereka mengikutimu, maka satu-satunya hal yang bisa kupikirkan adalah bahwa ancamanmu begitu menakutkan sehingga Nishimura dan yang lainnya memperingatkan teman sekelas kita tentang hal itu”

“Oh, aku hanya tersenyum dan berkata, ‘Jangan berani-berani menyentuhnya, oke?’ Itu saja yang kukatakan, bukan?”

Kemudian, mungkin mencoba menciptakan kembali momen itu, Saijo tersenyum.

… Apakah itu benar?

Ada sesuatu yang mencurigakan tentang ini…

Dia tidak akan memberitahuku jika aku tetap menanyainya.

“Sementara itu, tolong lakukan sesuatu tentang ini…”

“Itu tidak menarik sama sekali…”

Ketika aku meminta Saijo untuk melakukannya, dia memberiku pandangan yang membosankan sebagai balasannya.

Aku memelototi Saijo.

Lalu Saijo tertawa senang, tersipu sedikit dan mengangguk, ‘Oke’.

… Jadi kenapa dia terlihat sangat senang saat aku memelototinya?

Maksudku, aku punya poni, bisakah kau melihatku memelototimu?

Baiklah.

Kami tidak punya banyak waktu.

Jadi mari kita kembali ke kelas sekarang.

“–– Hei”

“Hmm?”

Ketika aku mencoba untuk kembali ke kelas, Saijo menghentikanku.

“Ah… tidak, bukan apa-apa”

Ketika aku berbalik, Saijo tersenyum seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.

Aku menatap Saijo.

“Apa? Memalukan saat kamu menatapku dengan penuh semangat”

Dengan itu, Saijo meletakkan tangannya di pipinya dan menggeliat tubuhnya.

Aku menanyai Saijo tanpa memperdulikan caranya menggeliatkan tubuhnya.

“Kau ingin membicarakannya?”

Saat aku menanyakan ini, tatapan Saijo mengembara dengan ekspresi bingung di wajahnya.

Pada akhirnya, dia hanya melihat ke bawah.

“… Kenapa kamu tidak memberitahuku untuk pergi dan meminta maaf kepada Momoi?”

Saijo bertanya padaku dengan tatapan sedih.

Dia ingin aku memberitahunya untuk meminta maaf.

Apa yang harus kulakukan……?

Aku melihat Saijo.

Saijo terus melihat ke bawah tanpa melakukan kontak mata denganku.

Dia tampak seperti seorang terdakwa yang menunggu untuk diadili oleh hakim.

“… Yah, ada tiga alas an”

Saat aku melihat Saijo seperti itu, aku memutuskan bahwa aku harus menceritakan semuanya padanya.

“Itu adalah sesuatu yang harus kutangani sendiri – tapi jika kau akan berada di sekitarku, kupikir aku harus memberitahumu”

“Apa itu?”

Saijo terus melihat ke bawah, tidak melihat ke belakang.

Aku di sini untuk membantu Saijo.

“Alasan pertama sama dengan alasanmu, Saijo”

–Aku membalas.

“……?”

Saijo mendongak secara refleks karena terkejut.

“Jika kau berbicara dengan Momoi tentang permintaan maaf, kau akan mengingatkan Momoi tentang apa yang terjadi hari itu. Kau tak tau kenapa, tapi Momoi melanjutkan kehidupan normalnya sebagai murid keesokan harinya. Itu sebabnya kau tidak mau muncul di depan Momoi. Ini agar kau tidak mengingatkannya pada waktu itu, kan?”

“Apa yang membuatmu berpikir begitu?”

“Itu karena kau mengaku sebagai pacarku, tapi kau tidak mau meminta maaf kepada Momoi. Kebanyakan orang akan meminta maaf ketika mereka melakukan kesalahan, bukankah itu masuk akal? Jika kau tidak melakukan itu, kau akan berpikir kalau aku tidak akan pernah memaafkanmu. Namun, kau belum pergi untuk meminta maaf kepada Momoi. Begitulah caraku tau kau memikirkannya”

Saat aku mengatakan itu, Saijo memiringkan kepalanya.

Dia sepertinya bertanya apakah itu benar-benar cukup untuk menyimpulkan apa yang dia pikirkan.

“Jika kau bodoh, aku tidak akan berpikir begitu. Tapi kau pintar, jadi menurutku kau pandai menilai karakter orang lain”

Mendengar kata-kataku, Saijo menggaruk pipinya dan memalingkan muka.

Kukira prediksiku tepat sasaran.

“… Tapi, kenapa kamu tidak membuat kami meminta maaf saat itu juga?”

Saijo menatap mataku dan bertanya.

Pada saat itu, Saijo tidak punya waktu untuk meminta maaf dan seharusnya tidak.

“Itu alasan kedua. Naa, Saijo – jangan mencoba membuatnya lebih mudah dengan meminta maaf”

“Apa?!”

Saat aku mengatakannya dengan suara pelan dan sadar, Saijo terlihat terkejut.

“Permintaan maaf itu penting. Tapi itu hanya untuk hal-hal yang bisa dimaafkan dengan permintaan maaf. Dan Saijo, apa yang kau lakukan pada Momoi bukanlah sesuatu yang bisa dimaafkan. Jadi aku tidak akan membiarkanmu meminta maaf kepada Momoi”

“Bolehkah aku bertanya mengapa…?”

“Pada akhirnya, meminta maaf adalah tindakan meminta pengampunan. Jika setiap orang berada dalam hubungan yang bisa dimaafkan atau insiden yang bisa dimaafkan, tidak apa-apa. Tapi mengatakan kalau kau menyesal atas sesuatu yang tidak bisa kau lakukan, hanyalah kepuasan diri. Jangan katakan kalau kau ingin merasa lebih baik dengan meminta maaf”

Saat aku mengatakan itu, Saijo menunduk lagi.

Saijo mungkin tau itu juga.

Mungkin aku seharusnya tidak repot-repot untuk mengatakan apa-apa.

Tapi ini adalah apa yang kukatakan pada diriku sendiri.

#Bunyi bel––

“Kelas sudah dimulai? ……”

Yah, ini tidak terlalu menjadi masalah, karena ini adalah tempat terpencil dan itulah rencananya saat kami memutuskan untuk berbicara.

Aku memanggil Saijo, yang masih menunduk.

“Tapi aku hanya bisa mengatakan ini karena aku adalah pihak ketiga. Aku tak tau apa yang sebenarnya Momoi pikirkan. Mungkin dia ingin kau meminta maaf padanya. Dan sejujurnya, aku tidak terlalu menyukai Momoi saat itu. Dengan kata lain, aku hanya kesal pada kalian atas apa yang kalian lakukan. Itu sebabnya aku memiliki hak untuk berpikir ke depan dan bisa mengatakan kalau aku tidak peduli, yang berbeda dengan memaafkan. Namun, jika adik Momoi yang terluka, aku akan menghancurkan kalian saat itu juga tanpa memikirkan masa depan”

Itulah yang kubicarakan.

Bagiku saat itu, bahkan jika bukan Momoi yang terluka, aku akan menghancurkan kalian semua dan kuyakin mereka akan melakukan hal yang sama.

Tapi jika itu adalah Sakura-chan, aku mungkin akan benar-benar kehilangan akal.

Lagi pula, meski hanya dengan Momoi, aku sudah kehilangan separuh akal sehatku.

Jika itu adalah Sakura-chan-ku yang berharga, aku sudah bisa membayangkan sisanya.

Aku tidak akan mengatakan ini pada Saijo, karena itulah sebagian alasan mengapa aku bisa melakukan percakapan normal dengannya.

Jika ini adalah pesta kejahatan, atau jika Sakura-chan dipukuli, dia akan menjawab kalau dia tidak akan memaafkan mereka, apapun latar belakang Saijo.

Tapi sekarang aku mulai mengevaluasi kembali Saijo.

Itu karena dia lari, berdiri, membuat kesalahan, namun dia tidak pernah menyerah dan sebaliknya, mencoba untuk berubah.

Itu sebabnya aku menilai dia sangat tinggi.

Plus, aku tidak ingin dia tenggelam.

Yah, aku mungkin terpengaruh oleh alasan terakhir…

“Jadi Saijo, jangan mengharapkan pengampunan. Jangan minta maaf kecuali Momoi menginginkanmu. Dan terus khawatirkan apakah Momoi akan memaafkanmu seumur hidupmu. Jika dia dalam masalah, bantu dia. Jangan berpikir untuk dimaafkan, terus bantu dia. Itu hukumanmu”

Aku membuat upaya sadar untuk menjaga suara saya lembut untuk kalimat terakhir.

“Ya… Ya…”

Saijo menjawab, melihat ke bawah.

Aku tau dia menangis dari tetesan air yang jatuh dari wajahnya ke lantai.

Dia tau dia telah melakukan sesuatu yang tidak bisa dia ambil kembali.

Itu sebabnya, seperti yang kukatakan sebelumnya, jangan minta maaf.

Tapi kemudian, dia tidak akan tau apa yang harus dilakukan.

Dan sebagai hasilnya, dia mencoba mengalihkan dirinya dari dosanya dengan berpegang padaku.

Mungkin, dia secara sadar berusaha untuk tidak memikirkan Momoi.

Namun demikian, dia tidak bisa terus mengabaikannya.

Kukira itu sebabnya dia menghentikanku secara mendadak.

Yah, satu-satunya alasan aku tau itu karena aku sama sepertinya…

Jadi akulah yang benar-benar bisa memahami perasaan itu…

Dan itulah alasan terakhir.

Sekitar sepuluh menit setelah Saijo mulai menangis, aku menarik napas dalam-dalam.

Ini tidak ada hubungannya dengan apa yang dilakukan Saijo kali ini.

“Apa yang akan kuceritakan sekarang adalah sesuatu yang berhubungan dengan masa laluku”

“Aku berbicara tentang kesalahan yang kubuat sebelumnya”

“Naa Saijo, apakah kau tau tentang rumor tentang aku yang mendorong teman sekelasku?”

Saat aku menanyakan ini, Saijo yang berlinang air mata menatapku dengan rasa ingin tau, mungkin karena perubahan pembicaraan.

Tapi dia menganggukkan kepalanya dengan cepat.

“Sebenarnya, aku tidak ingat apa yang terjadi saat itu. Tapi, tawa yang kau buat saat memojokkan Momoi mengingatkanku pada teman sekelasku saat itu… dan kemudian aku mengingat semuanya”

Saat aku mengatakan itu, Saijo memiringkan kepalanya dan membuka mulutnya.

“Apa maksudmu……?”

Suaranya terdengar layu, karena dia baru saja menangis.

Aku menatap mata Saijo.

Dia mencoba berbicara – tapi ketika dia hendak mengatakan sesuatu, dia tiba-tiba merasa haus.

Aku merasakan sensasi sesak di dadaku.

Tapi aku perlu mengatakan itu padanya.

Karena tidak benar menceritakan semua ini padanya dan tidak memberitahunya tentang masa laluku yang tidak ingin dia ketahui.

“Teman sekelas itu–– dia jatuh ke halaman karena aku”

Mata Saijo membelalak mendengar kata-kataku.

Kukira dia mengira itu hanya rumor, kalau aku tidak benar-benar mendorongnya.

Tapi itu salah paham.

“Aku tidak mendorongnya ke bawah”

Jadi aku hanya akan mengatakannya seperti itu.

“Maksudnya itu apa……?”

“Satu-satunya alasan dia jatuh adalah karena aku menunduk saat dia mencoba mendorongku”

“Bukankah itu yang… pantas dia dapatkan?”

Aku menggelengkan kepalaku mendengar kata-katanya.

“Saat itu, tepat setelah aku menunduk, dia jatuh dari pagar. Fakta kalau ada pagar berarti meskipun aku hanya menunduk, dia tidak akan langsung jatuh, dia melewati pagar dan jatuh. Kau tau artinya, bukan?”

Ketika dia mendengar kata-kataku, Saijo menatapku dengan terkejut.

Lalu dia perlahan membuka mulutnya.

“Mungkinkah… kau meninggalkannya… untuk mati padahal… kau bisa menyelamatkannya?”

Aku mengangguk.

Ya – aku bisa menyelamatkannya saat itu.

Namun, aku tidak melakukannya.

“Pada saat itu, ketika dia menabrak pagar dan mencoba memanjat, aku bisa bereaksi. Tapi aku tidak bisa menggerakkan tubuhku”

“Tapi itu… mendadak, jadi… mau bagaimana lagi, kan…?”

“Tidak… aku ragu sejenak. Aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar perlu membantunya. Dan aku langsung mengulurkan tangan, tapi tidak tepat waktu. Jika aku tidak ragu-ragu sedetik pun, dia akan selamat”

“……”

Saijo memiliki ekspresi bermasalah di wajahnya.

Mungkin dia sedang mencari cara untuk mengatakannya.

Jadi aku terus berbicara.

“Jadi aku sama sepertimu, kau tau. Aku membuat kesalahan yang tidak bisa kutarik kembali”

“Itu tidak benar!”

Saijo segera berteriak menanggapi kata-kataku.

Ekspresi wajahnya adalah salah satu kesedihan.

Aku tak tau apa yang kulakukan… untuk membuat Saijo terlihat seperti ini.

“Aku melakukan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki pada Momoi, yang tidak melakukan kesalahan apapun! Tapi Kaito hanya menghindari pria itu, kan? Dia mencoba mendorongmu ke bawah dan jatuh, jadi itulah yang pantas dia dapatkan!”

“Apa kau benar-benar berpikir begitu? Pertengkaran hanya dimulai karena pria itu memprovokasiku, dan aku mengambil inisiatif. Dia jatuh dari lantai dua dan dirawat di rumah sakit dengan luka serius. Tapi itu hanya karena dia beruntung ada taman di bawah kami. Jika dia jatuh di atas beton, dia pasti sudah mati. Memang benar aku tidak melakukan kesalahan. Tapi tahukah kau, apa yang kulakukan adalah satu langkah salah dari menjadi seorang pembunuh”

“Apa…?”

Saijo kembali terlihat sedih mendengar kata-kataku.

Tidak… aku tidak ingin Saijo terlihat seperti itu…

“Aku tidak memberitahumu ini untuk membuatmu merasa kasihan padauk”

Tapi agar kau mengerti, aku tidak punya pilihan selain menjelaskan semuanya.

“Aku menjadi penyendiri karena aku tidak ingin orang melihatku seperti aku tidak tau apa yang kupikirkan, atau bahwa aku adalah orang berbahaya yang mencoba membunuh teman sekelasku, dan bahwa aku harus menjauh dari mereka. Mengapa aku harus dipandang seperti itu ketika aku bahkan tidak melakukan hal seperti itu? Tapi kenyataannya berbeda. Meskipun aku tidak bisa mengingatnya, aku secara tidak sadar menyadari bahwa itu adalah kesalahanku sehingga dia jatuh, dan aku tidak tahan dengan cara teman sekelasku memandangku karena aku merasa mereka benar-benar menyalahkanku, kau tau? Otak manusia dirancang untuk menghapus peristiwa mengejutkan dari ingatannya untuk melindungi dirinya sendiri. Dengan kata lain, aku lupa bahwa aku telah meninggalkan teman sekelasku untuk mati demi melindungi diriku sendiri. Dan aku menafsirkannya dengan cara yang bermanfaat bagi diriku sendiri. Sungguh menyebalkan, bukan? Itu sebabnya aku dulu menginginkan teman, tapi sekarang, kurasa aku tidak seharusnya berada di dekat siapa pun”

Saat aku mengatakan itu, Saijo menggelengkan kepalanya dan meraih tanganku.

“Tidak, kamu tidak. Hei, jika kamu berbicara seperti itu untukku, aku tidak mau. Bahkan jika Kaito berpikir begitu, pada akhirnya adalah kesalahan orang itu yang mencoba mendorong Kaito. Memang benar Kaito mungkin tidak ingin menyelamatkan orang itu. Tapi itu hanya apa yang kamu pikirkan. Kamu mungkin sangat kesal sehingga kamu benar-benar tidak bisa menggerakkan tubuhmu, bukan? Kamu melupakannya sampai saat ini, jadi sangat mungkin kamu hanya membayangkan sesuatu”

Aku menggelengkan kepalaku pada Saijo.

Semua ini hanyalah penjelasan untuk apa yang akan kukatakan selanjutnya.

Aku sudah sampai pada kesimpulan tentang ini.

Jadi aku tidak butuh simpati Saijo.

“Yang benar-benar menyebalkan tentangku adalah aku tidak merasa buruk tentang hal itu”

“……?”

Saijo menatapku dengan ekspresi bingung di wajahnya.

Yang mengatakan “Apa yang kamu bicarakan?”.

Dia pikir aku menyesali itu.

“Sepertinya aku ada dua sekarang. Satu yang menyesalinya, dan satu lagi yang mengatakan itu benar untuk membiarkannya mati”

“Maksudmu seperti kepribadian ganda?”

“Aku tidak tau… Mungkin itu bukan masalah besar. Tapi dari kesimpulan itu, jika dia benar-benar membenciku, dia bisa terus membenciku. Aku tidak akan memintanya untuk memaafkanku. Aku tidak akan melakukan apa pun untuknya dan aku tidak akan mencari orang pembenaranku sendiri. Meskipun begitu, ada bagian dari diriku yang tidak suka menolak orang yang datang kepadaku, dan ada bagian dari diriku yang pada akhirnya tidak ingin melakukan apa pun dalam hidupku”

“Apa-apaan ini? Maaf, aku tidak mengerti…”

Saijo menatapku dengan bingung.

“Ya aku tau”

Aku sengaja membuatnya sulit dimengerti.

Aku hanya mengatakan bahwa kau jauh lebih waras daripada aku karena kau dengan tulus menyesali apa yang kau lakukan pada Momoi. Juga, jika kau masih ingin berada di dekatku bahkan setelah mengetahui siapa aku sekarang, aku tidak akan menolakmu lagi”

Aku menjawab sambil tersenyum.

Pada akhirnya, aku mengacaukan banyak hal, tapi itulah yang ingin kukatakan.

Kuyakin kau bukan satu-satunya yang telah melakukan sesuatu yang tidak bisa diubah dan tidak merasa bersalah karenanya, tapi kaulah satu-satunya yang benar-benar menyesal.

Dan jika dia masih ingin tetap di sisiku, aku tidak akan menolaknya lagi.

Arti sebenarnya dari kata-kata yang baru saja Saijo tidak mengerti adalah ini: Aku tidak merasa buruk tentang apa yang telah kulakukan pada Kiriyama, jadi aku tidak akan melakukan apa pun untuk membantunya.

Tapi aku telah melakukan sesuatu yang tidak bisa kuambil kembali, jadi aku akan memberikan seluruh hidupku kepada orang-orang yang benar-benar menginginkanku.

Aku tidak akan mencari orang sendiri.

Aku akan mendedikasikan hidupku hanya untuk mereka yang benar-benar menginginkanku.

Itu hukumanku.

Komentar