Kodokuna Ore to Kokōna Sewayaki Megami-sama – Chapter 116

Chapter 116 – Kapan Saja

 

POV Sara 

Tingkah Kazunari-san belakangan ini cukup aneh. 

Meski aku berbicara padanya, itu tidak seperti aku akan mendapatkan jawabannya. 

Ketika aku memikirkannya, di menatapku langsung seakan ingin mengatakan sesuatu… 

Apakah dia mecoba memberitahuku sesuatu? 

Dilihat dari penampilannya, apakah dia mempunyai sesuatu yang penting untuk di diskusikan denganku? 

Sebuah cerita yang menarik hingga membuat wajahnya pucat… 

Ah!!! 

Aku ingin tau apakah itu mungkin… atau itu hanya angan-aganku? 

Aku masih berpikir betapa bodohnya aku saat itu. 

Semakin aku memikirkannya, semakin aku bertanya-tanya mengapa aku tak tau bagaimana perasaanku. 

(TN: Sara mengacu pada kejadian di chapter 85-86 kalo kalian lupa) 

Tidak, itu semua baru bagiku. 

Aku mencintai Kazunari-san. 

Aku tak pernah berpikir bahwa hari dimana aku merasa sangat bahagia hanya dengan bersama dengannya. 

Aku tau kalau Kazunari-san menghargaiku dan menempatkanku sebelum dirinya. 

Kazunari-san mengerti kalau aku bisa cemburu ketika wanita lain berbicara dengannya, tapi dia menerima sikapku yang seperti itu. 

Senyum Kazunari-san, kebaikannya, sedikit sisi jahilnya, sisi manjanya… aku mencintai itu semua. 

Sekarang aku bisa dengan bangga mengatakan bahwa aku jatuh cinta kepada Kazunari-san. 

Jadi… fufu… lakukanlah yang terbaik, Kazunari-san! 

 

✽✽✽✽✽

 

POV Kazunari 

Aku mencoba berpikir dimana dan bagaimana aku bisa mengaku, apa yang harus kukatakan jika kesempatan itu muncul… 

Sekarang, aku bertingkah mencurigakan. 

Aku bertanya-tanya jika Sara-senpai juga penasaran tentang itu karena tadi dia melihatku seperti tupai – wajahnya memerah dan dia gelisah. 

Aku merasa menyesal untuk beberapa alasan. 

“Apa kamu ingin es serut?” 

“!?” 

Mungkin karena aku tiba-tiba memanggilnya, Sara-senpai menunjukan reaksi kaget. 

Waktu hampir habis, dan aku merasa semakin cemas. 

Aku sangat sibuk dengan keputusanku untuk mengaku hingga aku bahkan tak ingat rasa dari es serutnya – atau ketika kami seharusnya bertemu degnan yang lain. 

 

✽✽✽✽✽

 

“Apa ada yang salah, Takanashi-kun?” 

Natsumi-senpai menyadari kalau aku bertingkah aneh dan memanggilku. 

Pada akhirnya, kami bertemu dengan yang lain tanpa pengakuan. 

Dari sini keluar, apa yang harus kami lakukan adalah menikmati pertunjukan kembang api bersama-sama – lalu membantu membersihkan dan pulang. 

Singkatnya… tidak ada kesempatan lain untuk mengaku. 

Karena jadwalnya ketat, aku memutuskan bahwa jika kali ini tidak bekerja – aku hanya perlu membuat kesempatan lainnya. 

Jujur saja, aku sangat kecewa. 

Paling buruknya, putra Mayumi-san membawa temannya ke tempat pertemuan dan ingin bertemu Sara-senpai. 

Aku kesal ketika aku mendengar suara ramah ingin berkenalan dengan Sara-senpai. 

Rasa frustasi dan marah ada disekitarku, timing yang buruk… 

Ini kemarahan yang tidak rasional, dan meskipun aku tau ini tidak baik, aku hanya tidak bisa untuk tidak berada di suasana hati yang buruk… 

“… Ini baik-baik saja” 

“Kazunari-san…” 

Hayato tidak bertanya jika dia menebak dengan benar tentang bagaian dari itu. 

“Kazunari-san… tak apa, jangan pikirkan itu” 

“Sara-senpai…” 

Untuk beberapa alasan, Sara-senpai meringkuk ke arahku dan membelai kepalaku. 

“Tolong tenanglah…” 

Melihatku kesal, Sara-senpai membelai kepalaku dengan sentuhan lembut. 

Aku menghargai kebaikannya terhadapku. 

Aku, bagaimana ya, payah. 

Ayolah, berapa lama aku akan menunjukkan kepada Sara-senpai sisi menyedihkanku!? 

Aku aslinya tidak berencana untuk mengaku hari ini, jadi tak perlu untuk terburu-buru hanya karena aku telah mengambil keputusan secara mendadak! 

Jika hari ini tidak bekerja dengan baik untuk pengakuan, aku akan datang dengan scene lain yang mungkin lebih baik. 

“Maafkan aku Sara-senpai, aku memperlihatkan padamu penampilan menyedihkanku” 

“Oh, kamu sembuh cukup cepat” 

Aku tidak punya energi untuk membalas tusukan Natsumi-senpai. 

“… Natsumi” 

Untuk beberapa alasan, Sara-senpai mentapa ke arah Natsumi-senpai. 

“Eh? Huh? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah?” 

Natsumi-senpai terlihat kebingungan ketika pertanyaan itu diajukan. 

Pada momen itu… 

#BAM!!! 

#BAM!!! 

Kembang api melambung ke atas langit. 

Kapan ya terakhir kali aku melihat kembang api? 

Untuk sekarang, aku cukup puas dengan hanya menonton kembang api bersama Sara-senpai. 

Semuanya menonton kembang api, termasuk Sara-senpai. 

Melihat kesamping, aku bisa melihat profil cantiknya senpai yang diterangi oleh kembang api. 

“Itu indah ya, Kazunari-san” 

Saat Sara-senpai menonton kembang apinya, pikirannya keluar. 

Indah… itu benar-benar indah. 

“Ya, itu benar-benar indah… aku…” 

Aku lupa menonton kembang api dan tanpa sadar berakhir melihat figur Sara-senpai. 

Lalu, tiba-tiba, Sara-senpai berbalik menghadapku. 

“Kazunari-san…?” 

Ketika mata kami bertemu, dia sepertinya menyadari kalau itu bukan mengarah ke kembang api, wajahnya langsung memerah. 

Dia memperdekatt jarak diantara kami. 

Lalu dia membungkus lengannya disekitar lenganku dan menempel padaku dengan sempurna. 

Eh… Ehhhh? 

“Kazunari-san, aku tidak berpikir kalau kamu itu menyedihkan. Sebaliknya, kamu itu imut… itu sulit untuk untuk menahan diri” 

Sepertinya dia menahan diri akan sesuatu. 

Apa itu ya? 

“Tolong jangan terburu-buru. Aku tak masalah kapan saja” 

Dia tak masalah kapan saja? 

Itu… 

“Aku tinggalkan detail dimana dan kapan kepada Kazunari-san. Tolong lakukan yang terbaik” 

(TN: Lampu hijau sodara-sodara) 

Memalukan! 

Menyedihkan! 

Dengan kata lain… dia tau mengapa aku terburu-buru melakukannya hari ini. 

Jika itu benar, maka tentu saja dia tau mengapa aku dalam suasana hati yang buruk – dan sekarang dia merasa menyesal terhadapku. 

Sara-senpai mengerti kalau aku sudah menetapkan pikiranku untuk mengaku dan dia menunggu dengan sabar. 

“Sara-senpai…” 

Kepedihan yang menimpaku terlihat diseluruh wajahku. 

“Jika kamu membuat wajah seperti itu, aku mana tahan…” 

Sara-senpai, yang wajahnya semakin memerah saat dia melakukan ini, meletakan tangannya di belakang kepalaku – lalu mulai mengambil posisi memeluk kepalaku ke arahnya. 

“… Ano sa, bisakah kalian melanjutkan ini hanya ketika kalian berduaan saja? Aku hampir mencapai batasku” 

!? 

Aku terlalu fokus hingga aku tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarku. 

Ketika aku melihat ke atas, Natsumi-senpai sedang mentapaku dengan heran dan Hayato tampak malu. 

Maafkan aku… aku melakukannya lagi. 

Wajah Sara-senpai mengekspresikan kekecewaannya saat dia melepasku. 

“Aku akan menunggu…” 

Dia mengatakan itu. 

… Ngomong-ngomong, sepertinya dia berhasil membungkam mereka yang menggangguku di dekatnya. 

Komentar