Oya ga Saikon. Koibito ga Ore wo「Onii-chan」to Yobu Youni Natta – Vol. 01 || Chapter 02.3

Chapter 2 – Part

 

Ini membuatku khawatir tentang nenek yang hanya berdiri disana, tanpa berkata-kata dan dengan mulutnya yang setengah terbuka.

Aku mulai panik sedikit.

Oh Tuhan, aku mungkin sudah mengatakannya sedikit terlalu banyak.

Merasa menyesal, aku memanggilnya dengan suara takut.

“Um… maafkan aku untuk tiba-tiba meninggikan suaraku sangat keras… Munkgin aku mengatakan sedikit terlalu banyak… Apa kamu baik-baik saja…?”

Aku tidak melihat kakek nenekku sesering itu, jadi aku tak tau bagaimana untuk berlaku dan berbicara dengan orang tua.

Dan sejak aku tak tau mengapa, aku menjadi khawatir memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika karena kelalaianku, jantung mereka tegang dan karena itu mereka sakit.

Dan, pada saat itu… si nenek bergumam.

“A… ni?” (TN: maksudnya ani / onii = kakak)

“Ya?”

“… Ini baru tiga hari sejak kalian menjadi kakak dan adik, tapi untuk berpikir naluri persaudaraanmu sudah tumbuh…?”

“Nn? Nnnnn?”

Aku tak bisa mengerti arti dibalik kata-kata itu yang digumamkan oleh nenek yang tercengang, jadi aku memiringkan kepalaku ke satu sisi.

Lalu sang nenek, yang telah linglung untuk sementara, menunduk kearahku.

“Maafkan aku…”

“Eh?”

“Caramu marah padaku persis seperti cara yang akan dilakukan seorang kakak yang mencoba melindungi adiknya. Seseorang seperti itu… Tidak, kamu bilang namamu Daiki, kan? Itu tidak mungkin Daiki-kun akan menyakiti Neneka dengan cara apapun…”

Sang nenek mengeluarkan sapu tangan dan mengelap matanya.

“Itu dilakukan dengan luar biasa, Daiki-kun. Bagiku untuk menuduh seseorang dengan rasionalitas yang begitu kuat dan kebanggaan yang menjadi ciri seorang kakak sepertimu, aku merasa menyedihkan. Jika itu Daiki, aku tau itu akan baik-baik saja. Aku akan percaya padamu Daiki-kun”

Untuk pertama kalinya, aku mendapatkan tatapan hangat dari neneknya.

Senyum lembut di wajahnya terlihat seperti Neneka.

“Te-terima kasih banyak!”

Wajahku tetap setangah menyeringai dimana sebagian merasa lega mengetahui kalau aku akhirnya mengerti, ketika di bagian lain, memiliki perasaan campur aduk mengingat kalau aku harus menggunakan pukulan untuk membuatnya mengerti.

Bagaimanapun, tidak sepertiku, Neneka sepertinya benar-benar bahagia.

“Nenek, terima kasih untuk pengertiannya!”

Neneka, yang sudah menahan air matanya sampai sekarang, tersenyum, dan kejutan memiliki roknya yang di angkat sepertinya sudah melayang.

Ngomong-ngomong, kukira semuanya berakhir baik.

Sekarang, aku bisa hidup dengan tenang dengan Neneka sejak nenneknya tidak lagi melihatku sebagai ancaman…

Ketika aku berpikir seperti itu, sang nenek tiba-tiba mengatakan sesuatu yang menakutkan sambil masih tersenyum.

“Tapi kita tidak pernah tau bagaimana Daiki-kun akan berubah seiring waktu… Daiki-kun, jika kamu berani melakukan apapun kepada cucuku yang berharga lalu bersiaplah untuk kehilangan benda berhargamu

Bagian bawah perutku merinding karena panik.

Si nenek memang tersenyum, tapi mata yang tajam seperti elang menjaga anak nakalku tetap terkendali.

–Mengapa kalian semua mencoba untuk mencuri hal terpentingku dariku!? Pertama ibuku, sekarang nenek ini. Apapun yang terjadi, mereka hanya akan mulai mengincar kejantananku.

Dalam situasi ini, apalagi mencoba meletakkan tanganku padanya, jika mereka menemukan kalau Neneka dan aku berkencan, aku tak bisa berpikir dari semua hal yang munkin terjadi padaku.

–Aku harus hati-hati menyembunyikan fakta kalau Neneka dan aku berpacaran jadi tidak ada seorangpun yang menemukannya…

Aku lega bahwa aku diterima untuk tinggal bersama Neneka, tapi aku tidak bisa tetap tenang dan tidak peduli.

 

※※※※※

 

Pagi berikutnya.

Keluarga kami melihat nenek pulang ke ruhmahnya.

Ayah Neneka berkata.

“Bu, semoga aman sampai di rumah~. Maaf aku tidak bisa mengantarmu dengan benar karena pekerjaan”

“Tak apa. Ini bukan jarak yang jauh”, dia menjawab dengan singkat.

“Neneka, aku senang aku bisa melihat wajahmu. Lain kali, datang untuk mengunjungi rumah nenek juga”

Neneknya ini memang terlihat sangat baik… meskipun hanya ketika dia melihat Neneka.

Lalu Neneka menjawabnya dengan senyum yang lembut.

“Ya. Suatu hari kami akan melakukan perjalanan ke rumah nenek bersama semuanya!”

Dia berkata, “Sana-san, tolong jaga Ryosuke dan Neneka”

“Ya, tentu saja”

Ibuku pulang telat saat dari kerjaannya kemarin, tapi dia sepertinya sudah berbicara dengan nenek setiap saat sejak dia pulang.

Nenek memiliki suasana yang bersahabat saat dia mengatakan selamat tinggal di pintu masuk…

Itu terlihat seperti wanita yang memanggilku ‘binatang buas’ kemarin itu hanyalah bohongan.

Si nenek, yang seperti Hannya saat itu, terlihat seperti orang yang berbeda. (TN: Hannya = topeng jepang yang terlihat seperti iblis, yah kayak gini bentuknya à klik disini)

“Baiklah, aku pergi”

Ketika nenek baru saja meninggalkan pintu depan dengan senyuman, dia tiba-tiba berbalik dan melihat ke arahku.

“Daiki-kun juga, aku memintamu untuk sangatr berhati-hati oke?”

Tidak, dia sama dengan nenek yang waktu itu.

Itu terasa seperti aura Hannya masih mengambang di belakang nenek itu dan dia bisa menusukku kapan saja.

Dia masih memiliki senyum di wajahnya, bagaimana bisa dia sangatt terampil…

“Ya… Aku mengerti”

Ketika aku mengatakan itu dengan wajahku yang paling serius, nenek mengangguk dengan puas dan pergi.

Setelah sosok sang nenek menghilang dari pandangan, Neneka dan ayahnya masuk ke dalam sambil berbicara tentang nenek mereka.

Pada saat itu, aku secara diam-diam bertanya pada ibuku.

“Apa ini kali pertama ibu dan nenek Nenenka saling bertemu?”

Mendengar pertanyaanku, ibuku memutar lehernya sedikit.

“Kurasa ini memang pertama kalinya aku bertatap muka secara langsung… Kediamannya ada di Okinawa, jadi aku tak bisa pergi dan melihatnya kecuali aku mengambil libur kerja”

“Tidakkah ibu berbicara tentangku padanya?”

“Aku memang menyebutkanmu padanya, meskipun itu terlihat kalau dia tidak bisa mendengarkanku dengan baik karena koneksinya yang jelek. Dia sebenarnya mengetahui tentangmu untuk pertama kalinya ketika Ryosuke menelponnya karena pindahan hari itu. Aku percaya itulah mengapa dia terbang kesini dengan tergesa-gesa”

“Tolong beritahu dia dengan benar… karena itu, aku diperlakukan sangat buruk”

Aku menatap ibuku dengan tatapan sinis, dia hanya tertawa dan berkata,

“Bukankah itu tak apa. Karena itu, sekarang kamu sudah diakui dengan benar. Juga, jika kamu tidak bersiap untuk sekolah, kamu akan telat”

“Oh, itu benar!”

Aku buru-buru ke kamar kecil untuk menggosok gigiku.

Ketika aku lewat, pintu kamar kecil terbuka dan Neneka berdiri disana sedang berkumur.

“Ah, maaf…!”

“Tak apa! Aku baru selesai menggosok gigiku”

Neneka tersenyum selagi mengelap mulutnya dengan handuk.

“Lalu kurasa aku bisa menggosok gigiku juga”

Empat sikat gigi berbaris di dekat wastafel.

Sampai saat ini, disana hanya ada sikat gigi milikku dan ibuku, ini entah bagaimana terasa aneh.

Dan untuk melengkapinya, satu diantara mereka adalah sikat gigi pacarku…

Aku dengan pelan mengambil sikat gigiku dan membasahinya dengan air.

Lalu, tiba-tiba Neneka menaikan suaranya,

“Ah!”

“Jadi, Daiki di sisi yang membasahi sikat gigi mereka sebelum menggunakannya juga, ya?”

“Hmm? Ya sedikit… aku hanya mencucinya sebelum menggunakannya”

“Ah, jadi itu sebabnya. Kudengar kalau itu salah untuk membasahi sikat gigimu sebelum kau menyikat gigi, tapi aku cenderung membasahinya secara tak sadar juga, jadi aku lega kalau Daiki dan aku berada di halaman yang sama bersama-sama”

“Huh? Eh? Tunggu, jadi kita tidak harus mencuci sampai basah sikat gigi kita dulu!?”

“Sikat gigi yang basa mudah berbusa saat menyikat sehingga sepertinya sikat giginya lebih singkat. Itulah mengapa kamu harus menaruh pasta gigi di sikatnya tanpa membasahinya. Setidaknya, itulah informasi yang kita terima hari itu saat menonton TV. Sejak saat itu, kapan pun aku membasahi sikat gigiku, ayahku akan mengomel terus-terusan, memberitahuku kalau itu salah…”

“Oh jadi itulah mengapa begitu. Yah, dalam kasusku, kurasa aku tak masalah dengan bagaimana aku melakaukannya sekarang… Yah, ringkasnya aku hanya perlu untuk menggosoknya sampai bersih kan?”

“Yap yap! Itu persis beitu!”

Ketika aku mulai menyikat gigiku, Neneka bersandar ke dinding dan mengangguk.

“Sejak kita mulai tinggal bersama Sabtu ini, setiap kali aku tau Daiki lebih baik, aku mulai merasa senang bahwa aku jatuh cinta dengan pria seperti itu…”

Kata-kata Neneka membuat jantungku berdebar kencang.

Tapi tiba-tiba aku menjadi gelisah dan menutup pintu kamar mandi.

“Apa yang terjadi?”

“… Jika kau tanya aku, kupikir ini buruk?

“Ah, begitu… Aku benar-benar minta maaf. Ada juga soal neneku, dan itu terlihat seperti, jika kita ketahuan pacaran, kita mungkin akan mendapat masalah besar”

“Ya…”

Setelah menyikat gigiku, aku berkumur dan membasuh mukaku.

Neneka memberiku handuk di sisi, jadi aku mengelap wajahku dengan itu.

“Makasih, Neneka”

“Sama-sama, Onii-chan”

“Ketika aku dirumah, aku tak punya pilihan untuk menjadi kakakmu. Kukira aku akan terbiasa untuk dipanggil seperti itu”

“Itu benar. Untuk bisa bersamamu, aku akan berpura-pura menjadi adikmu, jadi bahkan onii-chan harus melakukan yang terbaik juga”

Neneka dengan takut menyentuh tanganku.

Saat jari-jari putihnya menjalin jari milikku.

“Tapi ketika kita sendirian, aku akan selalu menjadi pacarmu…”

Neneka menatapku dengan malu.

Menatap pada mata besarnya, tenggorokanku berdeguk.

“Tentu saja, aku tau… Meskipun aku pura-pura menjadi kakakmu. Dalam hatiku, aku akan tetap menjadi pacar Neneka…”

“Un…”

Bahkan setelah anggukkan Neneka, dia tidak mengalihkan pandangannya dariku.

–Jangan bilang padaku, apa ini sebuah kesempatan…!?

Ketika aku dengan erat menggenggam tangannya dengan jari kami yang masih terjalin, Neneka juga mmembalas dengan hal yang sama.

Yang satu ini harus pergi.

Untungnya, mulutku dalam kondisi yang sempurna.

Tak ada yang perlu di takutkan.

Ketika aku mendekatkan wajahku, Neneka menutup matanya.

Aku bisa pergi seperti ini.

Kali ini, ini pasti momen bisa-lakukan-itu.

Pertama kalinya aku dan Neneka––––––––––.

–––––*Gacha.

Tiba-tiba ada perasaan kalau pintunya akan terbuka.

Komentar