Oya ga Saikon. Koibito ga Ore wo「Onii-chan」to Yobu Youni Natta - Vol. 01 || Chapter 02.1

Chapter 2 Part ①

 

TN: Karena kebanyakan Part / Bagian di Novel ini dari RAW ENG nya, jadi mimin akan persempit dari total 3 Part jadi 1 Part

Sudah hari ketiga sejak orang tuaku menikah lagi dengan orang tua Neneka dan aku tinggal di bawah satu atap.

Saat itu hari Senin.

“Aku akan pergi”

“Aku akan pergi”

“Oke~. Hati-hati kalian berdua~”

Aku dan Neneka meninggalkan rumah setelah diantar oleh ibuku sebelum berangkat kerja.

Tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh…

Kami masih berjalan bersama, tapi kami juga menjaga jarak di antara kami.

Kami berjalan dalam diam tanpa berbicara.

Kami berjalan beberapa ratus meter jauhnya sebelum rumah kami tidak terlihat lagi.

Setelah itu, kami berbelok di tikungan dan mendesah berat [Ha~a~] pada saat yang bersamaan.

Aku tersenyum tanpa sadar tanpa berpikir.

“Seperti yang kupikirkan, sungguh menegangkan ketika kita berada di depan ibu kita”

“Un… pikiranku tidak tenang saat kita di rumah”

Neneka juga mulai tersenyum.

Saat kami menuju stasiun, kami melihat kembali peristiwa yang terjadi akhir pekan ini.

“Ayah terlihat sangat bahagia bukan. Mungkin, melihat kami berhubungan baik membuat mereka merasa lega”

“Biasanya, jika dua teman sekelas tiba-tiba hidup bersama, jumlah kecanggungan yang mengalir di udara akan terlalu banyak pada awalnya…”

“Benar! Mereka akan berhati-hati dan menjaga jarak satu sama lain seperti kobra dan luwak…”

“Yah, menurutku kobra dan luwak tidak benar-benar peduli satu sama lain sambil menjaga jarak…”

Mereka tidak berusaha mencapai jarak yang nyaman satu sama lain.

Kobra dan luwak adalah musuh alami.

Mereka tidak mencoba dan masuk ke jarak yang nyaman saat terlibat satu sama lain.

“Sudah tiga bulan sejak Neneka dan aku mulai berkencan, ada kalanya kita benar-benar mulai berkomunikasi satu sama lain secara alami. Sebaliknya, aku senang mereka tidak curiga pada kita karena itu”

“Yah… kupikir orang tua kita sedang bersenang-senang berada di dunia mereka sendiri sekarang…”

“Itu benar juga…”

Neneka dan aku harus melihat orang tua kami sangat menyayangi satu sama lain kemarin sehingga kami tidak ingin melihatnya lagi.

Ibuku punya pekerjaan hari ini jadi untungnya kami tidak perlu melihat mereka main mata di depan kami selama itu.

Namun, melihat mata orang tua kami berubah menjadi bentuk hati ketika mereka berada di dekat satu sama lain membuatku bertanya-tanya apa yang mereka pikirkan…

Jika kami telah melihat orang tua kita mesra satu sama lain sejak lahir, itu mungkin akan menjadi cerita yang sama sekali berbeda.

Namun, mengingat fakta kalau kami telah kehilangan salah satu orang tua kami di masa kecil kami dan kemudian melihat ini terjadi.

Kesenjangan yang tercipta sangat menakutkan.

–Ah… Ya, ya. Aku benar-benar bisa memahami kalau kalian telah mengabdikan diri untuk membesarkan kami selama bertahun-tahun, dan aku juga memahami betapa bahagianya kalian akhirnya bisa menjalani hidup kalian dengan seseorang yang benar-benar kalian sukai, dan aku tidak akan mengganggu kalian mengenai hal itu. TAPI Tahan dirilah sialan!!

Adalah apa yang membuat kami berkata sebagai reaksinya, pemandangan manis yang membuat kau ingin muntah di dalam setiap kali itu terjadi di depan kami.

Meskipun mereka tidak berciuman di depan kami, tapi melihat mereka mengekspresikan cinta mereka satu sama lain terus-menerus membuatku merasa ngeri.

Entah bagaimana, jika kau melihat itu dan bereaksi, aku merasa kalau aku kalah… dalam arti yang berbeda.

Orang tuaku berusaha memeras setiap kebahagiaan mereka satu sama lain dan hampir setiap hari.

Sedemikian rupa sehingga bahkan jika anak-anak mereka sangat dekat satu sama lain, mereka bahkan tidak akan curiga dengan hubungan mereka.

“Kalau dipikir-pikir, bukankah kamu juga ‘Torii’ sekarang, Daiki? Haruskah aku memanggilmu Torii-kun di sekolah?”

Neneka menyandarkan kepalanya dan bertanya.

“Ah, itu benar. Neneka, aku lupa memberitahumu. Pada pendaftaran keluarga, aku Torii Daiki, tapi ibuku berbicara dengan sekolah sehingga aku masih bisa menggunakan ‘Morita’”

“Eh? Begitukah?”

“Ya, akan sangat memalukan jika nama keluargaku tiba-tiba berubah. Bahkan ibuku menjaga miliknya di tempat kerja. Meskipun aku tidak mendengar rincian lengkap tentang pernikahan kembali ibuku, aku berbicara dengannya tentang masalah ini, dan kupikir itu cukup baik. Yah, itu juga, aku tidak ingin diperlakukan sebagai kakak Neneka di sekolah”

“Aku juga! Aku juga tidak ingin ada yang memperlakukanku sebagai adik perempuan Daiki selain keluarga kita. Aku sangat senang pikiran kita sama. Kukira jika kita tetap diam tentang hal ini di sekolah, kita tidak perlu khawatir tentang orang-orang yang mengetahuinya”

Selain fakta bahwa kami sekarang memiliki nama keluarga yang sama, hanya ada satu Torii yang ada di kelas kami.

Terlebih lagi, kami dianggap oleh orang lain sebagai seseorang yang cukup dekat satu sama lain.

Jika aku tiba-tiba menyebut diriku “Torii”, teman sekelas kami mungkin akan langsung curiga dengan kemungkinan adanya hubungan khusus antara aku dan Neneka.

“Para guru akan tau, tapi aku tidak berpikir para siswa akan mendapatkan pesan itu kecuali aku memberitahu mereka sendiri. Jadi aku ingin bertanya, apa kamu mau memberitahu orang-orang di sekitarmu kalau kita jadi kakak adik, Neneka?”

“Eh? Tidak mungkin!”

Itu adalah jawaban langsung.

Karena aku masih terkejut dia menjawab tanpa ragu, Neneka melanjutkan dengan gelisah.

“Ah, hanya untuk memperjelas, aku tidak malu menyebut Daiki sebagai onii-chan, oke? Hanya saja aku tidak ingin ditertawakan! Kuyakin kamu tau bahwa ada orang yang membuat keributan besar hanya karena mereka memiliki teman sekelas yang tinggal bersama di rumah yang sama, kan?”

“Ah, um… Kalau dipikir-pikir. Itu benar”

Beberapa orang memang memiliki imajinasi liar, dan kami pasti akan terganggu jika ditanya pertanyaan yang akan menyelidiki privasi kami.

Itu pasti akan membuat kehidupan sekolah tidak nyaman.

“Lalu, bagaimana kalau kita mengubur informasi di sekolah yang mengatakan kalau kita baru saja jadi kakak adik, oke?”

“Un. Ayo kita lakukan dengan cara itu”

“Oke”

Kami akan merahasiakan fakta kalau kami sekarang adalah kakak adik di sekolah.

Ketika itu diputuskan, sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dan aku bertanya pada Neneka.

“Itu benar, hanya sebuah pertanyaan, tapi apa kamu sudah memberitahu seseorang kalu kita berkencan?”

Apa Neneka memberitahu seseorang sejak kami mulai berkencan?

Bukannya kami seharusnya tidak memberitahu siapa pun tentang hal ini atau semacamnya…

“U~un… aku belum memberitahu siapapun. Teman-temanku biasanya tidak membicarakan cinta atau hal-hal seperti itu… jadi agak sulit bagiku untuk mengatakannya. Bagaimana denganmu Daiki?”

“Sebenarnya, dalam kasusku, karena aku seorang peserta ujian, aku hanya punya teman yang akan mengkritikku karena memiliki cukup waktu luang untuk menjalin hubungan… Secara keseluruhan, aku juga tidak bisa memberitahu siapa pun”

“Seperti yang diharapkan… aku kemungkinan akan diberitahu hal yang sama”

Apa kami memiliki ujian atau tidak, orang harus bebas untuk pergi keluar bersama kapan pun mereka mau.

Padahal, karena kami tidak suka menonjol di kelas, kami tidak ingin menjadi bagian dari gosip terbaru di sekitar sekolah.

“Benar, mari kita sembunyikan fakta kalau kita adalah pasangan di sekolah. Bisa bahaya jika teman sekelas kita tau karena rumor seperti itu bisa dengan mudah sampai ke orang tua kita. Yah, bahkan jika kita entah bagaimana membuat orang tua kita tidak mengetahuinya, maka teman sekelas kita akan membuat keributan tentang kita hidup bersama di bawah atap yang sama sebagai saudara tiri, yang bahkan mungkin di luar kendali”

Ketika aku mengatakan itu, Neneka tersenyum pahit.

“Itu pasti akan menimbulkan keributan. Akan sulit mencoba belajar untuk ujian masuk jika itu terjadi…”

Fakta kalau kami berkencan harus dirahasiakan dari kedua orang tua kami dan bahkan teman-teman kami di sekolah.

Selain itu semua, teman-teman sekelas kami pasti tidak pernah tau kalau aku adalah saudara tiri Neneka.

Dengan itu, percakapan kami berakhir.

Namun, aku khawatir apakah Neneka benar-benar baik-baik saja dengan kesimpulan ini.

Gadis suka berbicara tentang cinta.

Bahkan mungkin Neneka juga ingin heboh membicarakan cinta dengan teman-temannya.

“Hmm? Apa ada yang salah?”

Neneka memiringkan lehernya, menyadari kalau aku sedang berpikir keras.

“Ah, itu… Neneka, aku bertanya-tanya apa kamu baik-baik saja”

“Tentang apa?”

“Apa kamu tidak akan merasa kesepian? Kamu tidak akan bisa memberitahu siapa pun kalau kita berkencan”

Neneka menyangkal dengan [U~un] saat dia melihat ke langit.

Kemudian dia melanjutkan dengan nada cerah.

“Aku mungkin memang merasa sedikit kesepian, tapi… kupikir juga menyenangkan untuk berpacaran denganmu sambil berusaha untuk tidak ketahuan!”

“Apa kamu positif~”

“Sangat penting untuk hidup secara positif!”

“Ya, persis seperti yang kamu katakan”

Kami cukup riang.

Sebagian besar teman sekelas kami tau kalau kami berhubungan baik tanpa mengetahui kalau kami benar-benar berkencan.

Jadi, kami tak perlu memaksakan diri untuk menyembunyikan kalau kami benar-benar berkencan.

Jika kami mengaku sebagai kekasih di sekolah, ada risiko rumor itu sampai ke telinga orang tua kami.

Namun, jika kami tidak mengungkapkan hubungan kami kepada siapa pun di sekolah, kami bisa melanjutkan hubungan kami yang lembut dan rahasia lebih lama.

“Jadi, akan buruk jika kita berjalan bersama ke dan dari sekolah, bukan?”

Tiba-tiba, kata Neneka.

“Yah… jika kita pergi ke dan dari sekolah bersama, orang-orang pada akhirnya akan tau kalai kita hidup di bawah atap yang sama”

“Ya, jadi mari kita buat beberapa aturan!”

“Hmm? Aturan?”

“Ya. Itu adalah aturan untuk membuat kita tetap berkencan sambil hidup sebagai saudara tiri”

Neneka menunjuk ke langit.

“Aturan 1! Jika kita meninggalkan rumah bersama, kita berpisah saat kita tiba di stasiun kereta! Aku akan naik gerbong yang berbeda darimu, Daiki”

Aku mengerti. Oke.

Aku mengangguk dan terus mendengarkan Neneka.

“Jadi, bagaimana dalam perjalanan pulang dari sekolah? Kita telah belajar bersama sampai sekolah berakhir dan berjalan ke stasiun sesudahnya. Kita tidak akan berjalan kembali ke stasiun bersama lagi?”

“Hmm… benar… Kalau begitu untuk aturan 2. Kalau kita jalan pulang bareng dari sekolah ke stasiun terdekat, kita akan naik gerbong yang berbeda setelah itu… Tapi kalau kita kebetulan bertemu satu sama lain dalam perjalanan pulang dari stasiun, maka kita bisa pulang bersama lagi”

“Kebetulan hehe”

Suatu kebetulan yang terkontrol dengan baik.

“Tapi, bukankah itu berarti kita akan bepergian di berbagai bagian kereta?”

Saat aku menggumamkan itu, Neneka menatap wajahku.

“Apa yang terjadi? Keberatan?”

“Un. Jika kita berada di gerbong yang berbeda, aku tidak akan bisa melindungi Neneka jika kamu diserang dan dilecehkan…”

“Eh!? Aku —tidak apa-apa! Aku belum pernah dilecehkan sebelumnya! Jika terjadi sesuatu, aku akan mengirim pesan padamu untuk meminta bantuan secepatnya…”

“Benarkah?”

“Un! Aturan 3! Jika imouto-mu dalam masalah, tidak apa-apa bagi onii-chan untuk membantu dua kali lipat!”

“Jadi, pada akhirnya aku akan membantumu sebagai saudara tiri ya. Aku mengerti. Roger”

“Ya, kupikir akan lebih baik bagi kita untuk mengungkapkan kalau kita adalah saudara kandung daripada pasangan jika salah satu rahasia kita harus terungkap… Yah, kurasa itu tidak akan benar-benar terjadi. Terima kasih telah mengkhawatirkanku”

Melihat ekspresi lembut Neneka di wajahnya membuatku sedikit merah dan malu.

Ketika aku datang untuk tinggal di rumah yang sama dengannya, aku bisa melihat berbagai aspek Neneka.

Jadi, aku mulai berpikir kalau Neneka memang imut dalam artian yang lebih dari biasanya.

Jika seseorang melakukan sesuatu yang jahat pada Neneka, aku tidak akan memaafkan mereka.

Baik sebagai saudara tiri atau bahkan pacar, aku akan terus selalu melindungi Neneka.

Aku bersumpah ini dalam hatiku.

 

※※※※※

 

Sekolah selesai tanpa penundaan, dan sekarang sudah malam.

Tidak ada pekerjaan komite hari ini juga.

Kami tidak terdaftar dalam kegiatan klub apapun.

Kami mulai mengikuti aturan yang kami putuskan pagi ini dan menuju ke stasiun bersama, lalu berpisah.

Aku tiba di stasiun kereta terdekat ke rumahku sendiri dan pergi ke supermarket di lingkungan sekitar untuk berbelanja.

Saat di sekolah hari ini, aku berkirim pesan dengan Neneka dan mendapatkan daftar belanjaan yang dia butuhkan.

Para tetangga pada akhirnya akan tau kalau kami adalah saudara tiri.

Tapi jika aku ketahuan membeli makanan dengan seorang gadis berseragam SMA yang sama, aku tak tau apa yang akan dipikirkan para nyonya di sekitar kami.

Karena aku tak terlalu suka menonjol, aku mengajukan pada Neneka agar aku bisa berbelanja sendiri.

Aku lebih terbiasa belanja disini karena sudah lama tinggal disini.

Lagipula, aku tak bisa membiarkan Neneka membawa sendiri semua barang belanjaan yang berat.

Sebaliknya, aku bertanya pada Neneka apa dia bisa kembali ke rumah dulu dan membersihkan rumah.

“–Aku pulang”

“Selamat datang kembali~”

Ketika aku tiba di rumah dan meletakkan tas belanjaan, Neneka datang ke pintu depan untuk mengambil tas belanja itu.

“Bukankah itu berat? Apa tidak apa-apa?”

“Aku baik-baik saja, tapi yah, aku terkejut dengan berapa banyak barang yang harus kubeli untuk empat orang karena aku hanya perlu menyediakan untuk dua orang sebelumnya”

“Oh, maaf… aku tak tau berapa banyak yang akan dimakan Daiki, jadi aku memintamu untuk membeli lebih banyak dari yang kukira. Mungkin karena kupikir kamu akan makan lebih banyak daripada ayahku”

“O-ou! Itu sangat membantu! Karena aku ingin makan banyak masakan yang dibuat oleh Neneka”

“Persiapan, bisakah kamu membantuku?”

“Tentu saja”

Aku berdiri di dapur dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam bersama Neneka.

Hidangan utama hari ini adalah paprika isi daging.

Aku memotong kol menjadi irisan tipis sementara Neneka di sebelahku menyiapkan daging dan memasukkannya ke dalam paprika.

“Daiki, kamu pandai menggunakan pisau”

“Begitukah? Mungkin ibuku mengajariku? Yah, aku sebenarnya tidak tertarik memasak. Kupikir memiliki makanan kaleng sudah cukup untukku setiap kali ibuku pulang terlambat. Namun, ibuku mengajariku tentang ‘mampu membuat makanan sendiri’ dan mengajariku dasar-dasarnya…”

“Aku otodidak jadi aku iri dengan Daiki. Selera memasak ayahku benar-benar merusaknya, karena itu aku memiliki misi kalau aku harus melakukan sesuatu tentang hal itu, dan bekerja keras untuk mencapainya”

“Kurasa Neneka punya bakat memasak dengan benar. Rebusan yang kamu buat kemarin sangat enak”

Ketika aku menyinggung rasa dari rebusan yang kumakan kemarin, Neneka tertawa pelan.

[fu~fu~]

“Un~, terima kasih~”

Kemudian, setelah memanggang paprika isi daging itu, Neneka membuat sup telur yang tampak lezat dengan cepat, dan makan malam pun siap.

Saat ini hampir pukul sembilan belas.

Sudah waktunya ibuku dan ayah Neneka kembali.

Ketika aku sedang menyiapkan meja untuk makan malam, aku mendengar seseorang berbicara dari pintu depan.

“Ah, kurasa mereka sudah kembali?”

Neneka bereaksi.

Namun segera, dia tampak kecewa.

“Are? Tidakkah mereka terasa seperti sedang bertengkar?”

“Eh?”

Tidak mungkin, apa ibuku dan ayah Neneka bertengkar?

Dari pintu masuk ke ruang tamu, suara seorang pria dan seorang wanita yang berdebat satu sama lain meresap.

Salah satunya pasti ayah Neneka.

Namun, sepertinya suara wanita itu bukan suara ibuku…

Saat itu, pintu ruang tamu terbuka dengan kencang, dan orang yang bersama ayah Neneka itu muncul.

“—Aku tidak keberatan dengan pernikahan kembali! Namun, apa artinya memiliki seorang pria dan seorang wanita di usia remaja yang tinggal di bawah satu atap!! Apa yang akan kamu lakukan jika sesuatu terjadi pada Neneka!?”

Ada seorang wanita tua dengan kimono yang datang ke ruang tamu sambil berteriak.

Begitu dia masuk, matanya bertemu denganku dan melotot ke arahku dengan tatapan tajam.

“Apa kamu orang itu! Anak laki-laki yang sekarang tinggal bersama Neneka dan mencoba memelototi tubuh gadisnya!”

“Apa!?”

Meskipun aku baru saja bersumpah untuk melindungi Neneka dari orang mesum yang jahat pagi ini, aku tak pernah berpikir kalau aku sendiri akan dicap sebagai orang yang mesum.

Sebaliknya, apa yang kulakukan untuk diperlakukan seperti ini?

Saat aku semakin kuat karena kebingungan, ayah Neneka mencoba berbicara dengan nenek misterius itu.

“Ibu, tenanglah! Daiki-kun bukan anak seperti itu!”

Dan Neneka menimpali untuk meminta dukungan.

“Nenek! Onii-chan adalah saudara tiriku”

Ternyata nenek yang tiba-tiba muncul ini rupanya nenek Neneka.

Ayahnya meminta maaf padaku.

“Aku minta maaf tentang ini Daiki-kun… Ketika ibuku mendengar kabar kalau aku akan menikah lagi, dan Neneka akan tinggal dengan salah satu teman sekelasnya, dia segera membeli tiket dan terbang ke sini dari Okinawa. Dia sangat mencintai Neneka dan sering mengkhawatirkannya”

Kemudian nenekku membuka matanya dan berteriak pada ayah Neneka.

“Aku tidak khawatir! Aku datang ke sini hanya karena kamu seorang pria longgar! Semua anak SMA adalah rubah dalam pakaian! Apa kamu bahkan tau apa artinya itu!?”

“Binatang… Seperti yang diharapkan dari ibuku, itu tidak sopan, tau”

“Ryosuke, kamu juga memiliki waktu seperti itu dalam hidupmu kan! Apa kamu juga melupakan dirimu sendiri?”

Komentar