Kasus Tentang Kakak Beradik yang Menjadi Sangat Terobsesi Denganku Setelah Aku Menyelamatkan Mereka – Chapter 06


Chapter 06 – Laba-laba yang Masuk Melalui Celah Labu Itu

Volume 1 – Bertemu Dengan Keluarga Tercantik

 

Ketika datang pelajaran penjas, apa yang kau pikirkan yang biasa kami lakukan?

Biasanya, itu akan menjadi instuksi pemanasan, dan SMA yang Hayato masuki juga tak terkecuali.

Namun, ketika ini adalah kelas terakhir minggu ini, banyak kasus dimana para siswa bebas melakukan apapun.

Sebagai hadiah untuk siswa yang telah bekerja keras di bidang akademik desi senin sampai jum’at, mereka umumnya  bebas untuk menghabiskan waktu mereka selama mereka tidak membolos kelas tanpa izin.

Dan sejak oktober akan berakhir, angin yang dingin mulai berhembus, tapi hari ini matahari bersinar sangat terang dan suhunya cukup tinggi.

Sementara siswa dipisahkan menjadi dua kelompok, satu untuk sepak bola dan softball di halaman sekolah dan yang lainnya untuk bola basket dan bola voli di gimnasium, Hayato sedang duduk di bawah naungan pohon di sudut taman bermain.

“Zzz… Zzz…”

Apa pun itu, dan tertidur tidak terkecuali.

Dia tidak pernah berencana melakukan apa pun sejak awal setelah dia selesai berlari, yang merupakan latihan persiapan yang solid, dan bermain sedikit sepak bola dengan teman-teman sekelasnya.

Hayato pergi tidur dengan suara berisik teman-teman sekelasnya sebagai lagu pengantar tidur.

Beberapa dari mereka juga hanya melakukan sesuatu selain mengobrol dengan teman-teman mereka, jadi sebenarnya tidak banyak yang bisa dikatakan tentang apa yang dilakukan Hayato, yang hanya bersantai dengan tenang dalam tidurnya.

Tapi kemudian, sebuah bayangan mendekati Hayato saat dia tertidur lelap.

“… Fufu, dia tertidur♪”

Itu Aina yang mendekatinya, memastikan untuk tidak membangunkannya.

Kau mungkin bertanya-tanya mengapa dia ada di sini meskipun keduanya berasal dari kelas yang berbeda, itu karena mereka mengadakan sesi kelas bersama.

Aina dengan santai bermain softball sebelumnya, tapi ketika dia melihat Hayato duduk di bawah naungan pohon, dia terbang ke arahnya.

“… Hayato-kun?”

“…”

Secara alami, Hayato tidak mendengarnya.

Hayato, yang tak terlalu mencolok, dan Aina, yang dikenal sebagai salah satu kakak beradik yang cantik, mungkin terlihat aneh jika mereka terlihat bersama, tapi untungnya hanya sosok Hayato yang terlihat dan sosok Aina disembunyikan oleh pepohonan – itu adalah tempat yang sempurna untuk Aina.

“… Aha♪”

Aina duduk di sebelah Hayato dan memikirkan ide yang bagus.

Dia menatap wajah Hayato dari samping dan mau tak mau mendekatkan wajahnya sendiri ke wajahnya.

Jika dia tidak hati-hati, dia mungkin akan menciumnya, atau setidaknya mengendusnya.

“… Tidak-tidak, aku tak bisa, aku harus mengendalikan diriku sendiri”

Mengambil beberapa napas dalam-dalam, Aina menenangkan dirinya.

Setelah kejadian hari itu, Aina tidak menyangka akan berada di sisi Hayato lagi secepat ini, dan hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang luar biasa.

“… Hayato-kun sangat keren”

Secara tak sengaja dia mengeluarkan teriakan kecil.

Ketika dia mengetahui kalau pria labu itu adalah Hayato, sejak saat itu yang dia pikirkan hanyalah Hayato dan perasaannya mulai tumbuh begitu besar hingga sekarang dia ingin memiliki bayinya.

“… Ah”

Aina menatap tangan kanannya yang tak berdaya.

Mengikuti instingnya, Aina dengan lembut meremas tangan Hayato dan meletakkannya di pipinya.

“… Fwaa”

Dia hampir mengeluarkan jeritan kegembiraan dari kenyataan bahwa jari-jarinya sekarang menyentuh pipinya, tapi dia mati-matian menekannya.

#Gosok, #gosok, seolah memegang harta karun, dia dengan lembut menggenggam jari-jarinya dan menikmati sensasinya.

Dengan hati-hati memastikan Hayato tak terbangun, fantasi Aina terus tumbuh seiring dengan kebahagiaannya.

Aina tau bahwa satu-satunya orang yang kepada siapa dia akan menawarkan tubuhnya, yang diinginkan semua pria di dunia, adalah Hayato.

Menatapnya dengan mata basah, Aina mengambil tangannya dan menekannya ke dadanya sendiri.

Seberapa hangat tangan Hayato saat melingkari payudaranya?

Yang terus bertambah meski sudah melewati nilai 90. (EN: Hehe boi)

“…~~~~~!”

Tubuhnya gemetar.

Hatinya berteriak untuk lebih, lebih dan lebih sentuhan.

Setiap kali jarinya masuk ke dalam dagingnya yang lembut, aliran listrik mengalir melalui tubuhnya.

Mau tak mau Aina merindukan lebih saat dia meremaskan tangannya – dan akhirnya dia mengundang tangannya ke selangkangannya. (TN: Oh no)

 

※※※※※

 

POV Hayato

“… Huh?”

Aku terbangun karena suatu alasan.

Aku tidak bisa berpikir jernih setelah bangun tidur, tapi aku segera ingat mengapa aku ada di sana.

Setelah melakukan beberapa aktivitas fisik, kami bebas untuk pergi, jadi aku duduk di bawah naungan pohon dan tertidur.

“… ??”

Dan kemudian, aku merasakan seseorang melihatku dari samping, dan aku mengalihkan pandanganku ke sana atau haruskah aku mengatakan “dia” tanpa berpikir.

“Selamat pagi, Hayato-kun♪”

“Selamat pagi…?”

Aina ada di sampingku, dia menyapaku dengan senyum manis.

Jarak antara kami cukup dekat, jadi aku mencoba menjaga jarak darinya sebelum pertanyaan mengapa dia ada di sini muncul di pikiranku.

“Hoam! Apa sudah waktunya untuk pergi sekarang~?”

Kupikir itu akan terjadi jika dia datang ke sini, meskipun dia agak terlalu dekat denganku, jadi aku menjaga sedikit jarak darinya tapi dia tampak sedikit tidak senang karena suatu alasan.

Aku memeriksa jam di dinding untuk melihat jam berapa sekarang, dan masih ada lima belas menit lagi.

“Kenapa Aina-san ada di sini?”

“Karena ada waktu luang, aku mencari tempat yang tenang, dan kemudian aku menemukanmu di sini”

“Begitu”

Memang benar ini adalah tempat favoritku, dan sepertinya begitu juga untuk Aina.

“Aku merasa seperti banyak berbicara dengan Aina-san akhir-akhir ini”

“Aku tak tau kenapa tapi berbicara denganmu itu menyenangkan. Ini agak menyegarkan♪”

Dia tersenyum bahagia dan sepertinya tidak mempermasalahkan kehadiranku, itu membuatku sangat bahagia juga.

Tapi jarang melihatnya sendirian seperti ini.

Aku selalu membayangkan Arisa selalu bersamanya, selain dari istirahat makan siang itu.

“Apa kamu tidak bersama dengan kakakmu?”

“Dia di dalam bermain bola voli. Lagipula, kami tidak selalu sedekat itu”

Itu mungkin benar, tapi sejauh yang ku tau, aku mendapat kesan kalau mereka berdua seperti satu set.

“Mmm, mungkin Hayato-kun tidak suka berbicara denganku?”

“Itu tidak benar. Aku hanya sedikit gugup”

“Gugup?”

“Ya. Jika aku berbicara dengan Aina-san, salah satu dari kakak beradik tercantik, aku akan sadar diri”

Ini sebenarnya bukan kebohongan.

Ketika aku mengatakan ini padanya, Aina sedikit menunduk dan menggelengkan kepalanya, dia segera melihat ke atas dan tersenyum padaku.

“Tidak buruk disebut cantik. Fufu, jadi Hayato-kun menganggapku seperti itu ya”

“Bukan hanya aku, itu yang dipikirkan semua orang, kuyakin”

Kalau tidak, aku tak akan diberitahu oleh begitu banyak orang tentang ini.

“Tak perlu mempertimbangkan apa yang sampah pikirkan tentangku…”

“?”

“Jangan dipikirkan~♪ … Oh yah, aku ingin bicara sedikit lagi tapi ini sudah waktunya”

“…?”

Aina mengatakan ini seolah-olah dia baru sadar, dan aku juga memeriksa waktu lagi dan menemukan kalau sudah waktunya bagi kami semua untuk berkumpul karena ini hampir akhir dari kelas.

Aku berdiri dengan tergesa-gesa, tapi Aina mengeluarkan teriakan kecil dan jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk.

“Aina-san? Apa kamu baik-baik saja?”

“Eh, ya…”

Mengapa pinggangnya gemetar? (TN: Oh sial, pikiranku berpetulang)

Sedikit khawatir, aku bertanya apakah aku bisa membantunya dan dia mengangguk.

“Ini dia”

“Haa… hn…”

Apa kau yakin kau baik-baik saja?

Aina-san memperhatikan kekhawatiranku, tersenyum dan memberitahuku untuk tidak khawatir, dan berhasil berdiri.

Kami bergegas kembali, dan aku melihat sesuatu yang menggangguku untuk sementara waktu.

“… Apa ini?”

Jari-jari tangan kananku basah… dan sedikit licin. (TN: Nooooooooooooooo)

Matahari begitu kuat hingga aku berasumsi kalau aku berkeringat.

“Apa karena aku gugup saat berbicara dengan Aina-san?”

“Ah, ahaha… mungkin itu alasannya!”

Aku ingin tau apa itu?

Saat aku melihatnya, Aina berkata dengan tegas, “Mungkin saja”.

Kami saling tertawa dan entah bagaimana berhasil tepat waktu.

Memikirkannya, aku benar-benar telah berbicara dengan Aina lebih sering.

Terlepas dari peristiwa yang hanya aku yang tau, waktu yang kuhabiskan lebih banyak dengannya adalah ketika Arisa-san ditembak oleh seseorang.

Jika mata kami bertemu pada saat itu juga, dia akan mengedipkan mata ke arahku atau melambaikan tangannya.

Itu adalah pertukaran yang sepele, tapi kami menjadi cukup dekat untuk berbicara seperti ini.

Kami tidak akan pernah berbicara lagi, atau begitulah yang kupikirkan… tapi setiap kali aku memikirkannya, dia tepat setelah aku selama istirahat makan siang dan kali ini juga.

Kuyakin ada bagian dari dirinya yang senang berbicara denganku, meskipun dia selalu mendekat tanpa kusadari.

Ketika aku melihat Arisa, Aina, dan ibu mereka, aku tak bisa tidak mengingat hari itu.

Tidak heran mereka tidak bisa melupakannya karena itu adalah kejadian yang mengerikan, tapi aku hanya berharap mereka akan segera melupakannya.

 

※※※※※

 

Catatan Tambahan

    Mungkin Imouto agak terlalu kuat, tapi kurasa giliran *Ane lain kali. (TN: Ane disini maksudnya kakak ya)



Komentar