Oya ga Saikon. Koibito ga Ore wo「Onii-chan」to Yobu Youni Natta - Vol. 01 || Chapter 01.9

Chapter 1 Part ⑨

 

“Maafkan aku…! Meskipun aku mengatakan padamu kalau itu memalukan untuk dilihat, dan di sini aku melakukan sesuatu yang bodoh sendiri…”

“Tak apa…”

Aku melihatnya lagi.

Untuk kedua kalinya, Nenehana yang benar-benar telanjang terukir jelas di ingatanku.

Ini adalah sesuatu yang aku tidak bisa melupakan bahkan jika aku ingin…

“Apakah kamu merasa lega mengetahui kalau tidak apa-apa bagi kita untuk tetap menjadi kekasih?”

Saat aku kembali ke subjek, mencoba untuk tidak memikirkan tubuh telanjang Nenehana, aku mendengar Nenehana berkata,

“Ya”

“Aku… ingin tetap menjadi pacar Daiki. Mulai sekarang juga, bahkan setelah kita menjadi saudara tiri, karena bagaimanapun juga aku masih pacar Daiki!”

Suara bahagia Nenehana dapat terdengar melalui pintu.

Aku juga lega karena aku tak harus berpisah dengan Nenehana juga.

“Aku juga senang, …karena aku bahkan tak pernah berpikir untuk berpisah dengan Nenehana”

Mungkin karena aku juga merasa lega, suaraku terdengar hampir seperti nberputar keluar masuk ketika berbicara.

Pikiranku sepertinya tidak bisa berpikir jernih, bahkan penglihatanku sepertinya agak terdistorsi juga.

Aku tidak berpikir perasaan kabur di belakang kepalaku adalah …mungkin, kukira aku dalam situasi yang sangat buruk sekarang?

“Apakah kamu baik-baik saja? Suaramu terdengar agak serak?”

“Maafkan aku. Aku merasa seperti aku akan merasa pusing…”

“Eh!?”

“Jika aku tidak segera keluar dari sini, aku mungkin akan pingsan di kamar mandi ini…”

“Katakan itu dengan cepat!”

Jika aku pingsan di kamar mandi, itu benar-benar akan berakhir.

Akan ada ambulans dan hari pertama keluarga kami hidup bersama akan menjadi sangat berantakan.

Kita tak punya banyak waktu lagi.

Tak ada lagi waktu untuk bertanya-tanya apakah kita harus atau tidak harus menjalankan rencana itu.

“Kalau gitu …mari kita mulai”

Aku bergumam dengan tekad, dan Nenehana segera mengikuti.

“Un… Ayo lakukan ini”

“Kalau gitu aku akan pergi ke dinding”

“Baiklah”

Aku menghadap ke dinding kamar mandi dan cukup dekat hingga hampir menyentuh ujung hidungku.

“Nenehana, sudah ok sekarang”

“Un…!”

Aku mendengar pintu terbuka dengan bunyi klik dan merasakan Nenehana memasuki kamar mandi.

Aku menunggu dengan sabar, dan akhirnya Nenehana memanggilku.

“Aku di bak mandi sekarang”

“Oke”

Aku dengan lembut bergerak di sepanjang dinding agar tidak melihat bak mandi, membuka pintu, dan melarikan diri ke ruang ganti.

Fiuh…

Dinginnya udara memang menyenangkan.

Bernapas lebih mudah daripada di kamar mandi yang panas.

Ini saja sudah cukup untuk menghidupkanku kembali.

“Apakah kamu baik-baik saja di sana, Daiki?”

Suara Nenehana datang dari balik pintu.

Dia pasti telah meninggalkan bak mandi dan datang di depan pintu ke area cuci.

“Aku baik-baik saja sekarang. Jangan khawatir”

“Ya. …santai aja, oke?”

Aku mendengar suara Nenehana menggunakan air panas.

Aku hampir mulai membayangkan kalau dia sedang mencuci dan menggosok wajahnya dengan handuk dari kamar mandi.

“Hei, Daiki…”

“Hmm?”

Aku mendekati pintu saat Nenehana berbicara.

“Ibu Daiki adalah orang yang manis…”

“Benarkah?”

“Un. Setelah aku meminta Daiki untuk pergi agar aku bisa membongkar, ibu Daiki datang untuk membantuku membongkarnya. Taukah kamu, ketika aku memberi taunya ‘Terima kasih telah meminjamkanku kamar sebesar ini’ apa kamu tau apa tanggapannya?”

“Un~nn… apa?”

“Dia berkata, ‘Aku tak yakin aku menyewakanmu apa pun, kamar ini sekarang sudah menjadi milikmu, Nenehana-chan, jadi jangan ragu untuk menggunakannya sesukamu’…”

“Begitu. Itu benar-benar terdengar seperti ibuku”

“Kupikir dia bagus dan baik. Aku sangat senang ketika aku menyadari kalau ini adalah orang yang membuat ayahku jatuh cinta”

“Dan kemudian kamu tahu…”

Nenehana melanjutkan.

Aku berpikir, “Karena dia adalah ibu yang luar biasa, Daiki juga menjadi orang yang baik hati dan luar biasa, …dan lalu, aku semakin menyukai Daiki”

 

Untuk perasaan lurus yang langsung diungkapkan oleh Nenehana, wajahnya menjadi panas.

Karena malu, aku menekan mulutku dengan handuk yang kupegang.

“Terima kasih…”

Suaraku teredam karena aku masih menutup mulutku dengan handuk.

Aku bertanya-tanya apakah dia mendengarku.

Tapi Nenehana menjawab dari sisi lain pintu.

“Un~n, Dariku juga. Terima kasih. Aku sangat senang menjadi bagian dari keluargamu. …Aku tak sabar untuk tinggal bersamamu mulai sekarang”

“Un. Aku juga”

Betul sekali.

Mulai hari ini, kami adalah keluarga.

Kami memiliki banyak keadaan yang kompleks, tapi kami sekarang adalah keluarga.

Kami bukan lagi hanya rumah tangga ibu tunggal atau rumah tangga ayah tunggal.

Melainkan hidup dengan orang tua kami yang sebenarnya.

Apalagi kami juga punya saudara.

–Aku tidak akan pernah menghabiskan waktu sendirian lagi menunggu orang tuaku pulang.

Aku mendengar suara air panas mengalir dari kamar mandi, dan setelah beberapa saat, sebuah suara memanggilku.

“Aku sudah selesai mandi sekarang!”

“Oh! Baiklah!”

Yang tersisa untuk dilakukan adalah aku masuk ke kamar mandi tanpa melihat Nenehana, dan Nenehana berjalan di belakangku, keluar ke kamar mandi.

Aku diam-diam membuka pintu dan bergerak di sekitar dinding.

Aku memastikan kalau dinding adalah satu-satunya hal yang terlihat.

Aku sangat berhati-hati untuk tidak membiarkan Nenehana melihat sisi depan tubuhku juga.

Saat aku mendekati dinding tidak jauh dari pintu, aku memanggil Nenehana.

“Tidak apa-apa untuk pindah mulai sekarang”

“Terima kasih”

Suara air bergema saat Nenehana bangkit dari bak mandi.

Aku merasakan Nenehana bergerak di belakangku, tapi aku tidak mendengar pintu ditutup.

Apa dia belum keluar dari kamar mandi?

Aku tidak bisa berbalik untuk memeriksa, jadi aku menunggu dengan sabar suara Nenehana.

Lalu tiba-tiba, sesuatu merayap di punggungku.

“Fu~ah!”

“Ah maaf. Gak sengaja…”

Tiba-tiba suara Nenehana muncul di belakangku.

Komentar